Penyakit kaki gajah ini bisa terjadi pada laki-laki maupun perempuan, dengan kelompok umur yang beresiko tinggi terserang penyakit tersebut yaitu kelompok umur di atas 14 tahun, dengan proporsi rata-rata 50 persen merupakan usia produktif.
Perbedaan penyebaran penyakit Kaki Gajah ini dengan penyakit Malaria dan Demam Berdarah (DB) yaitu, medium penularan penyakit Kaki Gajah bisa terjadi atau ditularkan oleh 23 jenis nyamuk, baik jenis anopheles, aedes, nyamuk rumah, nyamuk rawa dan jenis lainnya. Sedangkan penyakit Malaria hanya oleh satu jenis nyamuk yaitu jenis anopheles, begitu juga dengan penyakit DB yang ditularkan melalui nyamuk jenis aedes aegepty.
Berdasarkan hasil survey dan analisa, berbagai lembaga kesehatan, secara umum menyimpulkan, penyakit Kaki Gajah erat kaitannya dengan perilaku masyarakat yang berpola hidup tidak sehat. Misalnya mengabaikan tercukupinya waktu istirahat seperti tidur dan tidak suka berolah raga, sehingga daya tahan tubuh lemah, serta lingkungan sekitarnya yang tidak sehat.
Untuk mengetahui tingkat stadium dari gejala klinis penyakit Kaki Gajah akut, kita dapat melihat dari beberapa hal yang terjadi akibat infeksi yang ditimbulkan oleh nyamuk yang membawa cacing filaria tersebut. Seperti, pertama, adanya demam berulang-ulang selama 3-5 hari. Demam tersebut dapat hilang bila istirahat. Tetapi muncul lagi apabila melakukan kerja yang memberatkan.
Kedua, adanya pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) di daerah lipatan paha, ketiak (lymphangitis) yang tampak kemerahan, panas, dan sakit. Ketiga adanya radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan ke arah ujung (retrograde lymphangitis). Akibat seringnya menderita pembengkakan getah bening, sewaktu-waktu dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah. Dan keempat, adanya pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas (early lymphodema)
Sedangkan gejala klinis yang kronis, dapat dikenali dengan adanya pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, dan buah zakar.
Secara umum untuk menentukan seseorang terkena penyakit Kaki Gajah dapat diketahui setelah melakukan diagnosis, yaitu dengan cara pemeriksaan darah jari yang dilakukan mulai pukul 20.00 malam waktu setempat. Dari pemeriksaan tersebut, seseorang dinyatakan sebagai penderita penyakit Kaki Gajah, apabila dalam persediaan darah tebalnya ditemukan mikrofilaria.
Dan mengenai cara mengobatinya bisa dilakukan secara massal di daerah endemis dengan menggunakan obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC) dikombinasikan dengan Albenzol sekali setahun, selama 5 sampai 10 tahun. Sedangkan untuk mencegah reaksi efek samping seperti demam, bisa diberikan Parasetamol, dengan menggunakan dosis obat untuk sekali minum adalah, DEC 6 mg/kg/berat badan, dan Albenzol 400 mg (1 tablet).
Pengobatan pada kasus klinis, baik yang stadium dini maupun lanjut bisa dihentikan apabila Mf rate (mikrofilia rate) sudah mencapai lebih kecil dari 1 persen secara individual/selektif. Sedangkan upaya untuk melakukan pencegahan terhadap penyakit ini, dengan berbagai cara yaitu seperti, pertama, berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk vektor (mengurangi kontak dengan vektor), misalnya dengan menggunakan kelambu bila sewaktu tidur, menutup ventilasi rumah dengan kasa nyamuk, menggunakan obat nyamuk semprot atau nyamuk bakar, mengoles kulit dengan obat anti nyamuk.
Kedua, dengan cara memberantas nyamuk, yaitu dengan membersihkan rawa-rawa yang merupakan tempat perindukan nyamuk. Untuk itu perlu melakukan tindakan menimbun, mengeringkan atau mengalirkan genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk, dan membersihkan semak-semak di sekitar rumah. Dengan cara tersebut, diharapkan vektor penyebab penyakit Kaki Gajah bisa dihilangkan atau dibasmi. Sehingga harapannya, penyakit Kaki Gajah dapat diminimalkan penyebarannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
thank you to share and critique my blog