25 April 2010

Cakar Ayam

Cakar Ayam merupakan tanaman obat yang berkhasiat sebagai obat tradisional mengembalikan nafsu makan yang mudah kita ramu sendiri. Berikut penjelasan singkat tentang tanaman Cakar Ayam dan pemakaiannya sebagai obat tradisional. Dan saya harap Anda paham dengan uraian berikut.

Penyakit Yang Dapat Diobati :
Kanker paru, Bronkhitis, Radang paru, Tonsilis, Batuk, Koreng; Hepatitis, Perut busung, infeksi saluran kencing, Tulang patah; Reumatik;

Pemanfaatan :
BAGIAN YANG DIPAKAI : Seluruh tanaman, pemakaian kering.

KEGUNAAN :
1. Chorioepithelioma, choriocarcinoma, kanker nasopharynx, kanker
paru.
2. infeksi saluran nafas, bronchitis, radang paru (Pneumonia), tonsilitis.
3. Batuk, serak, koreng.
4. Hepatitis, cholecystitis, cirrhosis (Pengecilan hati), perut busung
(ascites), infeksi akut saluran kencing.
5. Tulang patah (fraktur), rheumatik.

PEMAKAIAN : 15 - 30 gr , untuk pengobatan kanker; 50 - 100 gr, rebus selama 3 - 4 jam.

PEMAKAIAN LUAR :
Tanaman segar dilumatkan, tempel ke tempat yang sakit.

CARA PEMAKAIAN:
1. Kanker :
60 gr S. doederleinii kering direbus selama 3 - 4 jam dengan api
kecil, minum setelah dingin.

2. Batuk, radang paru, radang amandel (Tonsilitis):
30 gr S.doederleinii direbus, minum.

3. Jari tangan bengkak: Dilumatkan, tempel ke tempat yang sakit.

4. Tulang patah:
15 - 30 gr S.doederleinii segar direbus, minum.
Pemakaian Luar, dilumatkan dan ditempelkan ke tempat yang patah,
bila patahnya tertutup dan posisi tulangnya baik.

Sudah dibuat infus, tablet dan obat suntik.
Untuk kanker : 18 tablet 60 gr herba segar.
Diminum sehari 3 x 6 - 8 tablet.
Obat Paten : Decancerlin.

Sekian semoga bermanfaat dan kesehatan anda meningkat, dapatkanlah manfaat dan khasiat obat tradisional dari tanaman obat Cakar Ayam dengan mudah bila anda berinisiatif untuk menanam sendiri di rumah anda, bisa anda tanam di depan rumah atau di kebun belakang.

PENELITIAN PENGOBATAN KOMPLEMENTER DAN ALTERNATIF : BERBAGAI PERMASALAHAN

Dr. Yuda Turana

When a thing ceases to be a subject of controversy, it ceases to be a subject of interest ( William Hazlitt ; 1778 – 1830 )

Perbedaan mendasar PKA dengan kedokteran konvensional lebih kepada tidak adanya dasar penelitian (1). Sebenarnya penelitian mengenai PKA ini sudah banyak dilakukan namun berbagai permasalahan seperti kelemahan metodologi penelitian maupun intepretasi akhir hasil penelitian yang berbeda mengakibatkan PKA belum dapat diterima secara luas pada kalangan medis (2,3,4).

Jenis PKA sangat beragam dan biasanya sangat dipengaruhi oleh kultural, lokasi geografi, kepercayaan dan menggunakan multimodalitas terapi (1,4). Sistem kesehatan di Inggris membagi PKA berdasarkan profesionalisme dan banyaknya penelitian pendukung (5), yaitu :

1. Group 1 : merupakan terapi alternatif yang secara profesional terorganisasi yang meliputi :akupuntur, chiropractic, pengobatan dengan tanaman obat, homeopati, osteopati.
2. Group 2 : Terapi komplementer yang terdiri dari : teknik alexander, aromaterapi, pijat, terapi konseling, hipnoterapi, meditasi, refleksiologi, shiatsu, terapi ayurvedic Maharishi , terapi nutrisi, yoga
3. Group 3 : disiplin alternatif lain seperti terapi tanaman obat china, terapi tradisional china, terapi kristal, iridologi,terapi ayurvedic, kinesiologi, radionik, pendulum , naturopati.

Variasi praktisi PKA untuk suatu jenis terapi yang sama sangat besar , seperti banyak pendekatan dari praktisi Chiropractic dan akupuntur untuk diagnosa penyakit konvensional yang sama pendekatan terapi bisa berbeda (2,3,4). Sebagai contoh pada terapi akupuntur terdapat variasi yang besar terhadap titik yang digunakan maupun jumlah jarum yang digunakan (2,3).

Hasil penelitian PKA seringkali variasinya besar atau tidak konsisten dan metodologi penelitiannya tidak adekuat. Pada systematic review menemukan bahwa banyak uji klinik pada PKA mempunyai kelemahan yang mendasar, seperti : kelemahan kemaknaan statistik, kontrol yang kurang, inkonsistensi dari hasil pengobatan, kurangnya perbandingan dengan jenis pengobatan lama, dengan plasebo maupun keduanya (3,4,6).

Peneliti seringkali hanya meneliti satu atau dua intervensi yang dilakukan dari seluruh intervensi yang dilakukan oleh pengobat ‘ holistik’ tersebut. Sebagai contoh : ratusan penelitian telah dilakukan untuk melihat efektifitas akupuntur tersendiri untuk mengobati asma, nyeri, hipertensi, muntah, sedangkan dalam praktek sehari-hari akupuntur hanya satu dari sekian banyak intervensi yang dilakukan oleh seorang ahli akupuntur selain dari terapi dengan menggunakan tanaman obat, cupping, perubahan pola makan, terapi fisik, moksibusi, dan pemijatan (3,6). Peneliti dihadapkan pada pembuatan metodologi penelitian intervensi tunggal yang keakuratannya tidak merefleksikan praktik sehari-hari atau peneliti sering dihadapkan pada metodologi penelitian dengan berbagai intervensi yang cukup komplek, seperti kesulitan dalam membuat plasebo pada kelompok kontrol ( 1,4,6).

Permasalahan pada saat uji klinik tersamar ganda pada PKA adalah luasnya kriteria eksklusi yang akan menurunkan partisipasi pasien dan sulitnya pada saat generalisasi hasil penelitian. Pada pengobatan dengan suplemen makanan, pasien yang sangat menginginkan terapi menolak randomisasi dan bila menerima, akses yang mudah dari suplemen makanan dan intervensi alternatif lainnya akan memperbesar ‘likelihood cheating’ dari kelompok kontrol (3). Selain itupula penggunaan plasebo pada pengobat alternatif menimbulkan kesulitan tersendiri karena pada pengobatan alternatif seringkali adanya interaksi yang intensif antara pengobat dan pasien yang sebenarnya pula menimbulkan efek plasebo (1,3).

Kontradiksi bukti ilmiah dan scientific judment

Penulis menggunakan Homeopati sebagai contoh untuk mendiskusikan mengenai evaluasi PKA karena Homeopati mempunyai perjalanan panjang evaluasi penelitian ilmiah dan sudah dilakukan uji klinik tersamar ganda (4,7).

Homeopati dipopulerkan di Jerman oleh Samuel Hanemann ( 1755- 1843 ). Prinsip pengobatan dengan Homeopati adalah : apapun gejala yang ditimbulkan oleh suatu substansi pada orang sehat, penyakit dengan gejala yang sama akan dapat disembuhkan dengan jumlah yang sangat kecil substansi tersebut ( similia similibus curentur , like cures like ) (7,8,9) . Sebagai contoh : sediaan homeopati Allium cepa berasal dari bawang. Kontak dengan bawang seperti diketahui dapat menimbulkan iritasi sekitar mata dan hidung , lakrimasi, dan keluarnya sekret jernih dari hidung. Maka Allium cepa dapat diresepkan pada pasien dengan Hay fever khususnya bila ada gejala iritasi mata dan hidung (9). Sediaan Homeopati sering diencerkan sampai mencapai bilangan avogadro ( 10 pangkat 23 ) dengan tidak satupun molekul aktif yang masih tersisa dalam larutan tersebut. Homeopati mengklaim bahwa semakin diencerkan substansi tersebut maka semakin besar efek dari subtansi tersebut ( less become more ). Secara ilmiah ( pemikiran kedokteran modern ) hal ini tidak masuk akal karena bagaimana mungkin ada efek farmakologi pada larutan dengan tidak satupun molekul aktif yang tersisa. konsep dasar homeopati ini sangatlah bertentangan dengan konsep fisika modern.

. Banyaknya bukti positif uji klinik pada homeopati sangatlah mengejutkan bagi kedokteran konvensional (4,7). Kalangan medis tidak sepenuhnya menerima hasil uji klinik tersebut karena konsep dasar homeopati yang kontroversial. Bagaimana masyarakat ilmiah mempercayai suatu bukti empiris tergantung pada keyakinan sebelumnya dan kualitas dari bukti yang didapat tersebut. Setelah membaca mengenai bukti ilmiah yang banyak tentang homeopati maka kemungkinan ada 3 sikap dari masyarakat ilmiah : masyarakat kritis yang tidak mempercayai efektifitas dari homeopati mungkin tetap tidak mempercayainya., masyarakat yang mengalami keraguan mungkin akan mendapat pandangan yang lebih optimistik, dan bertambah yakinnya masyarakat yang sebelumnya sudah percaya mengenai efektifitas homeopati (4).

Sebenarnya pengobatan dengan cara Homeopati ini sudah diperdebatkan sejak satu setengah abad yang lalu sampai akhirnya sudah pula dilakukan meta-analisis terhadap 89 uji klinik tersamar ganda membuktikan efek positif dari Homeopati bukanlah akibat dari plasebo (10).

Hasil meta-analisis ini memperpanjang perdebatan baru dan kemudian dilakukan re-analisis dari meta-analisis dengan menggunakan meta-regresi. Hasilnya : efek positif yang diperlihatkan oleh Homeopati adalah akibat dari metodologi penelitian yang tidak adekuat, jumlah sampel yang kecil dan adanya bias publikasi (2,11). Penulis meta-analisis Homeopatipun menegaskan kembali bahwa hasil analisis meta-regresi tidak membuktikan efek positif dari Homeopati semata-mata akibat plasebo (2).

Debat berkepanjangan mengenai homeopati ini memberikan pelajaran untuk kita , bila suatu saat dilakukan uji klinik terhadap suatu PKA, menjadi pertanyaan lebih lanjut : Apakah suatu terapi yang memberikan hasil bermakna secara statisitik ( dengan menggunakan uji klinik tersamar ganda ) diterima hanya bila cara kerja pengobatan tersebut ‘masuk akal’ ?. Dalam praktik sehari-hari jika terapi tersebut memang bermanfaat sebenarnya pengetahuan mengenai mekanisme kerja tidaklah terlalu penting (4). Akhir dari tulisan ini saya mencoba mengutip perkataan dari Vandenbronche (2) : When reflecting on own behavior in several controversies, we recognize that sometimes we accept the evidence from randomized trial and overturn a theory- however beautiful it was- but that at other times we stick with the theory and dismiss the evidence.

SIMPULAN

Penelitian PKA mempunyai beberapa permasalahan terutama dari sudut metodologis. Hasil akhir penelitian uji klinis positif belum sepenuhnya diterima oleh semua pihak karena seringkali konsep dasar PKA bertentangan dengan konsep dasar ilmu kedokteran modern

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Turana Y. Seberapa besar manfaat pengobatan alternatif. Medika 2002 Juni No.6 : 368.
2. Kaukalani D, Sherman JK, Cherkin CD. Acupuncture for chronic LBP : Diagnosis and treatment patterns among acupuncturist evaluating the same patient. Southern Med J 2001 ; 94 : 486 -92
3. Nahin RL, Straus SE. Research into complementary and alternative medicine : problems and potential. BMJ 2001 ; 322 : 161 – 3.
4. Kleijnen J, Knipschild P, Riet G. Clinical trials of homoeopathy. BMJ 1991 ; 302 : 316 – 22.
5. Mills SY. Regulation in complementary and alternative medicine. BMJ 2001 ; 322 : 159.
6. Yuan CL. Efficacy of acupuncture in neurological disorders. Available in : CD Room American Academy of Neurology 2002.
7. Vandenbroucke JP, Craen A. Alternative Medicine : A mirror image for scientific reasoning in conventional medicine. Ann of Intern Med 2001 ; 135 : 507 – 13.
8. Lockie A. the family guide to Homeopati. New york : Penguin book; 1990.p.9-12.
9. Vickers A, Zollman C. Homoeopathy. BMJ 1999; 319 : 1115 – 8.
10. Linde K, Clausius N, Ramirez G, melchart D, Eitel F, Hedges LV, et al. Are the clinical effects of homeopathy placebo effects ? : A meta-analysis of placebo controlled trials. Lancet 1997 ; 350 : 834 -43.
11. Sterne JAC, Egger M, Smith GD. Investigating and dealing with publication and other biases in meta-analysis. BMJ 2002 ; 323 :101 – 5.




TANAMAN UNTUK KENCING MANIS

TANAMAN UNTUK KENCING MANIS
Dr.Yuda Turana
Banyak tanaman disekitar kita yang dapat digunakan untuk mengobati kencing manis. Mudah ditanam dan dimanfaatkan.  Selain pengaturan diet yang baik beberapa tanaman berikut secara empiris digunakan sebagai obat kencing manis.
Tabel 1. Daftar tanaman tunggal yang secara empirik digunakan untuk diabetes dan cara    penggunaannya.
No
Nama tanaman
Bagian  digunakan
Jmlh diolah
Cara olah
Dosis/hari
1
Sambiloto
Daun segar
½ ggm
Rebus
3 x
2
Lidah buaya
Daun segar
2 helai
Rebus
3 x
3
Pule
Kulit kayu
2 jari
Rebus
3 x
4
Sembung
Biji kering
20 lb
Rebus
3 x
5
Jamblang
Biji
1 sdt
Seduh
3 x
6
Petai Cina
Umbi
1 sdt
Seduh
3 x
7
Bidara Upas
Umbi
1/3 jr
Parut + 20 ml air
3 x
8
Mengkudu
Buah masak
2 bh
Diparut, disari
3 x
9
Daun lampas
Daun segar
¾ ggm
Rebus
3 x
10
Terung ngor
Buah
10 bh
Dimakan
3 x
11
Mahoni
Biji kering
½ sdt
Seduh
3 x
12
Tapak dara
Slruh bgn tnman
30 lb+6 bt
Rebus tinggal 3/4
3 x
Tabel 2. Ramuan berasal dari tanaman obat untuk kencing manis
No
Ramuan
Bagian digunakan
Jumlah diolah
Cara olah
Dosis/hari
1
Sambiloto
Kumis kucing
Brotowali
Daun
Daun
Batang
1/3 ggm
1/3 ggm
¾   jr
Direbus 3 gl , tinggal ¾ nya
3 x
2
Meniran
Sambiloto
Ketumpangan uler
Kumis kucing
Daun
Daun
Daun
Daun
¼ ggm
¼ ggm
¼ ggm
1/3 ggm
Direbus 3 gl , tinggal ¾ nya
3 x
3
Duwet
Pulai
Mengkudu
Temulawak
Jahe
Biji
Kulit batang
Buah
Rimpang
Rimpang
20 butir
1 jari
½ bh
¾ jari
¾ jari
Direbus 5 gl hingga ½ nya
3 x
4
Urat
Brotowali
Kumis kucing
Adas
Pulosari
Daun
Batang
Daun
Buah
Kulit batang
1/3 ggm
½ jari
¼ ggm
¾ sdt
¾ jari
Direbus 3 gl hingga ¾ nya
3 x
5
Bidara upas
Duwet
Pulai
Lidah buaya
Meniran
Kumis kucing
Umbi
Biji
Kulit batang
Daun
Daun
Daun
½ jari
10 butir
¾ jari
½ plh
¼ ggm
¼ ggm
Direbus 3 gls hingga ¾ nya
3 x
6
Iler
Meniran
Murbei
Kaki kuda
Sembung
Kumis kucing
Adas
Pulosari
Daun
Daun
Daun
Daun
Daun
Daun
Buah
Kulit
¼ ggm
¼ ggm
1/5 ggm
¼ ggm
¼ ggm
1/5 ggm
¾ sdt
¾ jari
Direbus 4 gls hingga ¾ nya
3 x
Keterangan : ggm = genggam, bh = buah, btr = butir, jr = jari, gl = gelas, lb= lembar, bt= batang.

Bacaan lebih lanjut :
1. Widowati L, Dzulkarnain, Saroni. Tanaman obat untuk Diabetes Melitus. Cermin Dunia Kedokteran 1997; 116: 53-60

Penelitian Obat Bahan Alami untuk Diabetes

Mungkin banyak diantara anda tidak mengetahui bahwa di Indonesia telah banyak dilakukan penelitian berbagai obat bahan alami untuk pengobatan diabetes atau kencing manis.
Berikut beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sekolah Farmasi ITB yang berhasil saya temukan di situs resminya Penelitian Obat Bahan Alam – Sekolah Farmasi ITB. Jika anda tertarik untuk membaca artikel lengkapnya silahkan kunjungi langsung situs resminya atau anda bisa klik langsung pada link artikel dibawah ini.

  1. Efek Pemberian Ekstrak Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) dan Daun Murbei (Morus alba L.) terhadap Profil Lipoprotein Darah Tikus Wistar Jantan Hiperkolesterolemia
  2. Evaluasi Efek Ekstrak Kering Curcuma domestica Val. (Zingiberaceae) terhadap Hati Tikus Betina Wistar
  3. Evaluasi Khasiat Infus Buah Musa balbisiana Colla, biji Myristica fragrans Houtt, dan Herba Phyllanthus niruri Linn sebagai Antitukak Lambung pada Tikus Wistar
  4. Isolasi Alkaloid dari Biji Alpukat (Persea americana Mill.)
  5. Kajian Aktivitas Antidiabetes dari Daun Tumbuhan Asal Cina (Baihuasesecao) pada Mencit Swiss Webster Jantan
  6. Kajian Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Bulbus Allium sativum dan Rimpang Curcuma domestica serta Kombinasinya pada Mencit Diabetes yang Diinduksi Streptozoin
  7. Kajian Aktivitas Antidiabetes Fraksi Air Herba Kemangi (Ocimum americanum L.) pada Mencit Swiss Webster Jantan
  8. Kajian pengaruh kombinasi ekstrak bulbus bawang putih (Allium sativum Lin.) dan rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) terhadap profil lipoprotein penderita dislipidemia yang disertai diabetes melitus tipe 2
  9. Khasiat Penurunan Kadar Glukosa Darah Kombinasi Ekstrak Bawang Putih dan Rimpang Kunyit pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe-2 yang Disertai Dislipidemia
  10. Penentuan Indeks Terapi Ekstrak Etanol Daun Jamblang (Eugenia cumini Merr.) sebagai Antidiabetes pada Mencit Swiss Webster
  11. Pengaruh Cara Fraksinasi Terhadap Rendemen Isolat Alkaloid Trigonelin Dari Biji Kelebet (Trigonella Foenum-Graecum L.)
  12. Pengaruh Ekstrak Etanol Buah Paria (Momordica charantia L.) terhadap Kadar Glukosa Darah Mencit
  13. Pengaruh Pemberian Ekstrak Bulbus Bawang Putih (Allium sativum L.) dan Rimpang Kunyit (Curcuma longa L.) serta Kombinasinya terhadap Profil Lipoprotein dan Glukosa Darah Tikus
  14. Pengaruh Pemberian Kombinasi Ekstrak Bulbus Bawang Putih (Allium sativum L.) dan Rimpang Kunyit (Curcuma domestica V.) terhadap Fungsi Hati dan Ginjal serta Histologi Organ Tikus
  15. Pengujian Efek Ekstrak Biji Leucaena leucocephala (Lam) De Wit terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus
  16. Phytochemical Study of the Rhizome of Curcuma heyneana Val. et V. Zijp Isolation and Identification of Terpenoid Components
  17. Studi Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Air Daun Salam [Syzygium polyanthum (Wight) Walp., Myrtaceae] dan Fraksinya pada mencit putih Jantan Galur ddY
  18. Studi Efek Ekstrak Bulbus Bawang Putih (Allium sativum L.) dan Rimpang Kunyit (Curcuma domestica V.) terhadap Profil Lipoprotein dan Glukosa Model Hewan Hiperkolesterolemia-Diabetes
  19. Telaah Fitokimia dan Uji Efek Antidiabetes Ekstrak Air Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) pada Mencit
  20. Telaah Fitokimia Daun Kaca Piring (Gardenia jasminoides Ellis.)
  21. Uji Aktivitas Antidiabetes Beberapa Tanaman pada Tikus dan Mencit
  22. Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Air dan Etanol Daun Kaca Piring (Gardenia jasminoides ellis.)
  23. Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Air Daun Jati (Tectona grandis L. f.)
  24. Uji Aktivitas Antidiabetes Ekstrak Etanol Daun Jati (Tectona grandis L. f.)
  25. Uji Aktivitas Antiradang pada Tikus Galur Wistar dan Telaah Fitokimia Ekstrak Daun Babadotan dan Ekstrak Rimpang Jahe
  26. Uji Efek Anti Implantasi dari Ekstrak Daun Physalis minima Linn. terhadap Tikus Betina
  27. Uji Efek Antidiabetes Ekstrak Etanol Daun Katuk Merah (Euphorbia cotinifolia L.) pada Mencit Jantan Galur Swiss Webster
  28. Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.), Daun Kiurat (Plantago major L.), dan Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.) serta Kombinasinya
Sumber : Sekolah Farmasi ITB – http://bahan-alam.fa.itb.ac.id
Read more: http://indodiabetes.com/penelitian-obat-bahan-alami-untuk-diabetes.html#ixzz0m6CWEHWB

Pare

Buah Pare (momordica charantia) atau Paria termasuk golongan sayuran buah. Pare termasuk tumbuhan merambat yang memerlukan penopang para-para atau tumbuhan lain sehingga tanaman ini memiliki alat penopang yang berbentuk pilin.

Dewasa ini, dengan berkembangnya ilmu dan teknologi bidang perbenihan telah dihasilkan beragarn varietas pare unggul hibrida dan non hibrida. Tanaman pare yang dibudidayakan dikelompokkan dalam tiga jenis,
yaitu :
Pare putih (pare gajih atau pare Bodas)
Pare putih buahnya besar, berbentuk bulat panjang, warnanya putih, dengan permukaan kulit buah yang berbintil-bintil besar.
Pare hijau (pare gengge atau pare kodok)
Pare hijau berukuran lebih kecil, berbentuk lonjong, dan permukaan kulitnya berbintil-bintil halus.

Pare ular (pare belut)
Sedangkan pare ular berukuran sekira 60 cm panjangnya,berbentuk bulat,berwarna hijau dengan belang-belang putih mirip kulitular.Permukaan kulitnya halus, tidak ada bintil-bintilnya.

ParePengobatan kencing manis dengan pare ini hanya untuk penderita kencing manis yang masih dalam tahap ringan dan penyembuhannya tidak bergantung pada suntikan insulin. Biasanya, penderita pada tingkat ini masih memiliki kelenjar pankreas yang masih bisa menghasilkan hormon insulin. Diduga zatyang dapat menurunkan kadar gula darah dalam buah pare ini adalah sejenis glukosida, yaitu momordisin.

Pare mengandung kadar betakaroten dua kali lipat lebih banyak dari brokoli. Pare juga mengandung betakaroten yang sangat bagus untuk membasmi sel kanker, menghambat serangan jantung dan mengatasi infeksi karena virus.

Kadar kalsium pare juga tergolong tinggi, sehingga mampu menaikkan produksi sel-sel beta dalam pankreas untuk menghasilkan insulin. Bila insulin dalam tubuh mencukupi maka kemungkinan kadar glukosa yang membanjir dapat dicegah, sehingga kadar gula darah menjadi normal atau terkontrol.

Di beberapa negara terutama Jepang, Korea dan China, pare dimanfaatkan untuk pengobatan. Pare yang muda digunakan sebagai obat diabetes, gangguan pencernaan, minuman penambah semangat, obat pencahar dan perangsang muntah. Bahkan diluar negeri Pare telah diekstrak dan dikemas dalam kapsul sebagai obat herbal kencing manis.

Khasiat pare lainnya yaitu, kandungan senyawa fitokimia lutein dan likopennya berkhasiat sebagai antikanker, antibiotika, antivirus, perangsang produksi insulin, penyeimbang tekanan darah dan kadar gula darah, perangsang nafsu makan dan pembasmi cacing usus.

Meskipun pare bergizi tinggi, namun sebaiknya jangan diberikan pada anak-anak dan wanita hamil. Karena anak-anak masih rentan terhadap pare, dikhawatirkan kadar gula anak akan anjlok.

Sedangkan wanita hamil tidak dianjurkan mengkonsumsi pare karena buah ini mengandung senyawa yang dapat menggugurkan kandungan.

Cara membuat ramuan:
Buah pare diparut atau dihaluskan, lalu diambil ekstrak perasan buahnya. Perasan ini diminum tiga kali sehari sampai kadar gula darah kembali normal.

Petunjuk Menggunakan Pare Untuk Diabetisi

Si pahit Pare (momordica charantia) ini memang sudah terbukti dapat digunakan oleh diabetisi untuk menurunkan kadar gula darah. Lantas apa yang membuat pare demikian ampuh menurunkan gula darah? Dan mengapa diabetisi tetap harus berhati-hati mengkonsumsinya?
Dalam sebuah studi dari Jurnal Ethnopharmacology menyatakan bahwa baik pare segar maupun yang dikeringkan dalam jumlah 1.5 ons – 3 ons bisa membuat kadar gula darah turun sebanyak 48%, membuat toleransi glukosa membaik tanpa terjadi peningkatan insulin, serta memperbaiki kadar gula darah puasa pada diabetesi. Memang ini sangat baik untuk para diabetesi akan tetapi hati – hati dalam menggunakannya jika kadar gula darah Anda normal.
Komposisi pare sangatlah beragam, rasa pahit pare yang merupakan karakter khasnya disebabkan karena kandungan cucurbitacins. Diantara komposisi ini terdapat Charantin yang merupakan suatu bahan primer dalam mengurangi regulasi gula darah. Charantin membuat suatu reaksi penurunan gula darah (hipoglikemik). Pare juga mengandung zat peptida yang menyerupai sifat insulin, salah satunya adalah polipeptida P dan alkaloid. Kandungan lain dalam pare pun turut serta dalam efek perubahan gula darah. Pada penelitian percobaan yang dilakukan ke manusia, pare menunjukkan perubahan signifikan dalam pengontrolan gula darah setelah mengkonsumsinya dan menghasilkan efek penurunan gula darah.
Salah satu metode untuk menggunakan pare adalah dengan membuat jus pare segar ukuran kecil dan buatlah sebanyak 50ml pare (1,5 ons) sampai 100 ml (sekitar 3 ons) lalu dibagi menjadi 2 atau 3 dosis sehari. Perlu diingat jus pare ini sangatlah pahit.
Meskipun pare sangat baik untuk menurunkan gula darah namun tetap harus hati-hati mengkonsumsinya. Harus diperhatikan penggunaannya apalagi jika Anda seorang diabetesi yang menggunakan obat – obatan untuk mengontrol kadar gula darah Anda.
Jangan lupa untuk memonitor kadar gula darah Anda jika Anda memutuskan untuk memakai pare sebagai tambahan pengontrol kadar gula darah. Jika Anda sedang dalam pengobatan bersama obat gula sebaiknya konsultasikan dulu ke dokter Anda sebelum Anda menggunakan pare bersama obat Anda karena pare bisa menyebabkan kadar gula darah Anda turun drastis bila memakai terlalu berlebihan. Sedangkan untuk riwayat alergi terhadap pare belum pernah ada penelitiannya.
Baca artikel lainya tentang Jenis-Jenis Pare
Dari berbagai sumber

Undur-Undur, Obat Alternatif Untuk Diabetes


Undur-undur (Myrmeleon sp) binatang kecil yang biasanya bisa dijumpai di sekitar rumah berhalaman pasir bisa untuk menurunkan gula darah (diabetes). Ternyata di China undur-undur yang dalam bahasa Mandarin disebut dengan “Di Gu Niu” juga digunakan untuk mengobati diabetes.Lantas apa keistimewaan undur-undur sehingga bisa digunakan untuk menurunkan gula darah bagi seorang diabetisi?
Seperti diketahui bahwa gula darah didalam tubuh seseorang (diabetisi) naik disebabkan karena insulin yang dihasilkan oleh pankreas tidak mencukupi untuk menyeimbangkan kadar gula yang masuk ke dalam tubuh seseorang, sebagai akibatnya akan terjadi kelebihan gula didalam tubuh yang akhirnya gula yang berlebihan tersebut akan masuk ke dalam darah yang sering kita kenal dengan istilah kelebihan gula darah (diabetes).

   Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Gadjah Mada Jogjakarta berjudul “Kajian Potensi Undur-Undur Darat (Myrmeleon sp) 2006″ diketahui binatang ini mengandung sejenis zat yang disebut dengan “sulfonylurea”. Kerja sulfonylurea inilah yang melancarkan kerja pankreas dalam memproduksi insulin.
Seperti pada umumnya jika kita minum obat apapun tidak boleh berlebihan. Demikian juga yang terjadi pada undur-undur yang dikonsumsi untuk menurunkan gula darah juga tidak boleh berlebihan karena mengkonsumsi undur-undur terlalu banyak bisa menyebabkan badan panas.
Menurut beberapa artikel yang saya baca dari berbagai media dan merupakan pangalaman dari sejumlah orang yang mengkonsumsi undur-undur untuk mengobati diabetes pada umumnya meraka hanya mengkonsumsi 2 kali sehari @ 3 ekor. Cara mengkonsumsinya bisa ditelan hidup-hidup atau dimasukkan ke dalam kapsul dan didorong dengan air minum. Jika kadar gula darahnya sudah mulai menurun dosisnya bisa diturunkan menjadi 1 kali sehari @ 3 ekor.Undur-undur ini punya daya tahan hidup yang cukup tinggi dalam kondisi tertutup diwadahi plastik, asalkan ada pasir dan semut.
Dari berbagai sumber Read more....   
Juga dapat di Lihat di

Tanda Dan Gejala Kencing Manis (Diabetes Melitus Tipe 2)

Diabetes melitus tipe 2 atau sering juga disebut dengan Non Insuline Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) merupakan penyakit diabetes yang disebabkan oleh karena terjadinya resistensi tubuh terhadap efek insulin yang diproduksi oleh sel beta pankreas. Keadaan ini akan menyebabkan kadar gula dalam darah menjadi naik tidak terkendali. Kegemukan dan riwayat keluarga menderita kencing manis diduga merupakan faktor resiko terjadinya penyakit ini.

Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh sel beta yang terdapat dalam pankreas. Pada keadaan normal, kadar insulin dalam darah akan berfluktuasi tergantung kadar gula dalam darah. Kadar insulin akan meningkat sesaat setelah makan dan akan menurun begitu kita tidak memakan sesuatu. Fungsi utama insulin adalah mendistribusikan glukosa yang terdapat dalam darah ke seluruh tubuh guna di metabolisme untuk menghasilkan energi. Bila kadar gula atau glukosa yang ada melebihi kebutuhan maka kelebihan itu akan disimpan dalam hati. Simpanan glukosa ini akan dilepaskan jika diperlukan misalnya saat tubuh kita kelaparan.

Saat seseorang menderita diabetes melitus tipe 2 maka ada dua kemungkinan yang terjadi yaitu, sel beta yang terdapat dalam pankreas produksi insulinya tidak mencukupi atau produksinya cukup namun tubuh resisten terhadap insulin. Kedua keadaan ini akan menyebabkan kadar glukosa dalam darah akan meningkat.

Untungnya tubuh mempunyai mekanisme yang sangat bagus untuk memberitahukan kita bila terjadi suatu kelainan. Sangatlah penting untuk mengetahui gejala diabetes melitus tipe 2 secara dini sebab semakin dini pengobatan dilakukan maka akan semakin bagus hasilnya dan semakin kecil kemungkinan terjadinya komplikasi. Berikut adalah beberapa gejala diabetes melitus tipe 2 yang patut kita waspadai.

Kelelahan yang luar biasa merupakan gejala yang paling awal dirasakan oleh penderita diabetes melitus tipe 2. Pasien akan merasakan tubuhnya lemas walaupun tidak melakukan aktifitas yang tidak terlalu berat. Jadi, bila anda selalu merasa lelah dan mengantuk meskipun sebelumnya anda tidak begadang, ada baiknya anda segera menemui dokter.

Penurunan berat badan secara drastis. Jika anda memakan makanan yang berlebihan maka tubuh anda akan semakin gemuk. Kelebihan lemak dalam tubuh akan menyebabkan resistensi tubuh terhadap insulin meningkat. Pada orang yang telah menderita diabetes, walaupun ia makan makanan secara berlebihan tubuhnya tidak menjadi gemuk dan malah mengurus hal ini disebabkan karena otot tidak mendapatkan cukup energi untuk tumbuh.

Gangguan penglihatan. Kadar gula yang tinggi dalam darah akan menarik cairan dalam sel keluar, hal ini akan menyebabkan sel menjadi keriput. Keadaan ini juga terjadi pada lensa mata, sehingga lensa menjadi rusak dan penderita akan mengalami gangguan penglihatan. Gangguan penglihatan ini akan membaik bila diabetes melitus berhasil ditangani dengan baik. Bila tidak tertangani, gangguan penglihatan ini akan dapat memburuk dan menyebabkan kebutaan.

Sering terinfeksi dan bila luka sulit sekali sembuh. Keadaan ini bisa terjadi karena kuman tumbuh subur akibat dari tingginya kadar gula dalam darah. Selain itu, jamur juga sangat menikmati tumbuh pada darah yang tinggi kadar glukosanya.

Demikianlah beberapa gejala tambahan yang bisa anda perhatikan pada penyakit diabetes melitus tipe 2.

Sejarah Kencing Manis – Diabetes

Kencing manis | Pada tahun 1552 sebelum masehi, di Mesir dikenal penyakit yang ditandai dengan sering kencing dan dalam jumlah yang banyak ( yang disebut : Poliurial ), dan penurunan berat badan yang cepat tanpa disertai rasa nyeri. Kemudian pada tahun 400 sebelum masehi, penulis India sushratha menamakan penyakit tersebut : penyakit kencing madu ( honey urine disease ). Akhirnya, Aretaeus pada tahun 200 sebelum masehi adalah orang yang pertama kali memberi nama : Diabetes, berarti “mengalir terus”, dan Mellitus berarti “manis”. Disebut Diabetes, karena selalu minum dan dalam jumlah banyak ( Polidipsia ), yang kemudian “mengalir” terus berupa air seni ( urine ); disebut Mellitus karena air seni penderita ini mengandung gula ( manis ). Pada dasarnya, Diabetes Mellitus (DM) atau penyakit kencing manis disebabkan hormon INSULIN penderita tidak mencukupi, atau tidak dapat bekerja normal, sedangkan hormon insulin tersebut mempunyai peranan utama untuk mengatur kadar glukosa ( = gula ) didalam darah sekitar 60 – 120 mg/dl waktu puasa dan di bawah 200 mg/dl pada dua jam sesudah makan. Sejak ditemukan hormon insulin pada tahun 1921 oleh Banting dan Best di Kanada, maka angka kematian dan keguguran ibu-ibu diabetes yang hamil makin berkurang. Akhirnya pada tahun 1954 Franke dan Fuchs mencoba tablet OAD ( Obat Anti Diabetes ) pada manusia, yang akhirnya temuan OAD ini berkembang pesat dengan berbagai jenis dan indikasi penggunaanya.Maksud informasi ini bukanlah untuk membuat takut bagi pembaca terhadap komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita Diabetes Mellitus, melainkan bertujuan agar pembaca : 1. Mengenal apakah Diabete Mellitus itu. 2. Mengetahui bahwa Diabetes Millitus adalah penyakit yang tidak berbahaya asal tidak diremehkan. 3. Terlatih untuk melakukan usaha pencegahan terhadap Diabets Mellitus. 4. Mengetahui bahwa diit memegang peranan utama dalam pengobatan Diabetes Mellitus. 5. Dapat melaksanakan diit diabetes yang benar, agar yang terkena Diabetes Mellitus dapat sehat kembali.
APAKAH PENYAKIT DIABETES MELLITUS ITU?
Seperti telah disebut diatas bahwa hormon insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas (kelenjar pankreas terletak di lekukan usus dua belas jari ) sangat penting untuk menjaga keseimbangan kadar gula ( glukosa ) darah antara 60 – 120 mg/dl waktu puasa dan kadar gula dalam dua jam sesudah makan di bawah 200 mg/dl. Apabila terdapat gangguan kerja insulin, baik kualitas maupun kualitas, maka keseimbangan tersebut akan terganggu dan kadar gula darah cenderung naik. Seseorang sudah dapat disebut Diabetes Mellitus apabila menderita 2 dari 3 yang tersebut di bawah ini: 1. Keluhan haus, banyak minum, banyak kencing, penurunan berat badan. 2. Kadar gula darah lebih dari 120 mg/dl, pada waktu puasa. 3. Kadar gula darah lebih dari 200 mg/dl, 2 jam sesudah makan. Karena kadar gula darah meningkat, maka kelebihan gula ( glukosa ) tersebut akan dikeluarkan melalui air seni dan terjadilah glukosuria ( yaitu adanya glukosa – gula di dalam air seni ); pada orang normal tidak terdapat glukosa di dalam air seninya. Adanya gula di dalam air seni ini dapat diketahui dengan beberapa cara, antara lain : 1. Air seni penderita tersebut segera didatangi semut karena mengandung gula 2. Adanya rasa manis di air seni ( Dr. Thomas Willis dari Inggris pernah mencoba menjilatinya ) 3. Timbul rasa gatal di kemaluan pada bekas kencing 4. Dan yang paling tepat adalah pemeriksaan terhadap adanya glukosa atau gula di dalam air seni, dengan cara : A. Reaksi Fehling ( reaksi rebus ) B. Kertas strip yang disebut BM test C. Kertas strip lain : Glukotest D. Kertas strip yang disebut Diastix E. Reaksi dengan tablet, yaitu dengan Clinitest.Salah satu atau beberapa cara ( a, b, c, d ) tersebut biasanya telah diketahui oleh penderita Diabetes Mellitus. Sumber : http://groups.google.com/group/MirrorIKS/browse_thread/thread/5479a058f2d72e6c Arlangga University Press 1988 ( Prof. Dr. dr. H. Askandar Tjokroprawiro )

10 Kebiasaan Pemicu Diabetes atau Kencing Manis

Mungkin kita tidak sadari bahwa dalam kehidupan sehari-hari, kita telah melakukan beberapa hal yang justru menjadi pemicu penyakit kencing manis. Sekalipun mungkin hal-hal yang sepele, namun dalam hidup ini berlaku hukum “tabungan”, yaitu apa yang kita lakukan menjadi tabungan di masa mendatang. Apa yang kita tabung sedikit demi sedikit akan terasa hasilnya bertahun-tahun kemudian. Begitu pun dengan penyakit. Mulai dari segelas minuman favorit hingga suka menonton TV hingga larut. Siapa nyana kalau itu bisa meningkatkan risiko kencing manis atau diabetes?
1. Teh manis

Penjelasannya sederhana. Tingginya asupan gula menyebabkan kadar gula darah melonjak tinggi. Belum risiko kelebihan kalori. Segelas teh manis kira-kira mengandung 250-300 kalori (tergantung kepekatan). Kebutuhan kalori wanita dewasa rata-rata adalah 1.900 kalori per hari (tergantung aktivitas). Dari teh manis saja kita sudah dapat 1.000-1.200 kalori. Belum ditambah tiga kali makan nasi beserta lauk pauk. Patut diduga kalau setiap hari kita kelebihan kalori. Ujungnya: obesitas dan diabetes.

Pengganti: Air putih, teh tanpa gula, atau batasi konsumsi gula tidak lebih dari dua sendok teh sehari.

2. Gorengan

Karena bentuknya kecil, satu gorengan tidak cukup buat kita. Padahal gorengan adalah salah satu faktor risiko tinggi pemicu penyakit degeneratif, seperti kardiovaskular, diabetes melitus, dan stroke. Penyebab utama penyakit kardiovaskular (PKV) adalah adanya penyumbatan pembuluh darah koroner, dengan salah satu faktor risiko utamanya adalah dislipidemia. Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, LDL (kolesterol jahat) dan trigliserida, serta penurunan kadar HDL (kolesterol baik) dalam darah. Meningkatnya proporsi dislipidemia di masyarakat disebabkan kebiasaan mengonsumsi berbagai makanan rendah serat dan tinggi lemak, termasuk gorengan.

Pengganti: Kacang Jepang, atau pie buah.

3. Suka ngemil

Kita mengira dengan membatasi makan siang atau malam bisa menghindarkan diri dari obesitas dan diabetes. Karena belum kenyang, perut diisi dengan sepotong atau dua potong camilan seperti biskuit dan keripik kentang. Padahal, biskuit, keripik kentang, dan kue-kue manis lainnya mengandung hidrat arang tinggi tanpa kandungan serta pangan yang memadai. Semua makanan itu digolongkan dalam makanan dengan glikemik indeks tinggi. Sementara itu, gula dan tepung yang terkandung di dalamnya mempunyai peranan dalam menaikkan kadar gula dalam darah.

Pengganti: Buah potong segar.

4. Kurang tidur.

Jika kualitas tidur tidak didapat, metabolisme jadi terganggu. Hasil riset para ahli dari University of Chicago mengungkapkan, kurang tidur selama 3 hari mengakibatkan kemampuan tubuh memproses glukosa menurun drastis. Artinya, risiko diabetes meningkat. Kurang tidur juga dapat merangsang sejenis hormon dalam darah yang memicu nafsu makan. Didorong rasa lapar, penderita gangguan tidur terpicu menyantap makanan berkalori tinggi yang membuat kadar gula darah naik.

Solusi: Tidur tidak kurang dari 6 jam sehari, atau sebaiknya 8 jam sehari.

5. Malas beraktivitas fisik

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, kasus diabetes di negara-negara Asia akan naik hingga 90 persen dalam 20 tahun ke depan. “Dalam 10 tahun belakangan, jumlah penderita diabetes di Hanoi, Vietnam, berlipat ganda. Sebabnya? Di kota ini, masyarakatnya lebih memilih naik motor dibanding bersepeda,” kata Dr Gauden Galea, Penasihat WHO untuk Penyakit Tidak Menular di Kawasan Pasifik Barat.

Kesimpulannya, mereka yang sedikit aktivitas fisik memiliki risiko obesitas lebih tinggi dibanding mereka yang rajin bersepeda, jalan kaki, atau aktivitas lainnya.

Solusi: Bersepeda ke kantor.

6. Sering stres

Stres sama seperti banjir, harus dialirkan agar tidak terjadi banjir besar. Saat stres datang, tubuh akan meningkatkan produksi hormon epinephrine dan kortisol supaya gula darah naik dan ada cadangan energi untuk beraktivitas. Tubuh kita memang dirancang sedemikian rupa untuk maksud yang baik. Namun, kalau gula darah terus dipicu tinggi karena stres berkepanjangan tanpa jalan keluar, sama saja dengan bunuh diri pelan-pelan.

Solusi: Bicaralah pada orang yang dianggap bermasalah, atau ceritakan pada sahabat terdekat.

7. Kecanduan rokok

Sebuah penelitian di Amerika yang melibatkan 4.572 relawan pria dan wanita menemukan bahwa risiko perokok aktif terhadap diabetes naik sebesar 22 persen. Disebutkan pula bahwa naiknya risiko tidak cuma disebabkan oleh rokok, tetapi kombinasi berbagai gaya hidup atau lifestyle tidak sehat, seperti pola makan dan olahraga.

Pengganti: Permen bebas gula. Cara yang lebih progresif adalah mengikuti hipnoterapi. Pilihlah ahli hipnoterapi yang sudah berpengalaman dan bersertifikat resmi.

8. Menggunakan pil kontrasepsi

Kebanyakan pil kontrasepsi terbuat dari kombinasi hormon estrogen dan progestin, atau progestin saja. Pil kombinasi sering menyebabkan perubahan kadar gula darah. Menurut dr Dyah Purnamasari S, Sp PD, dari Divisi Metabolik Endokrinologi RSCM, kerja hormon pil kontrasepsi berlawanan dengan kerja insulin. Karena kerja insulin dilawan, pankreas dipaksa bekerja lebih keras untuk memproduksi insulin. Jika terlalu lama dibiarkan, pankreas menjadi letih dan tidak berfungsi dengan baik.

Solusi: Batasi waktu penggunaan pil-pil hormonal, jangan lebih dari 5 tahun.

9. Takut kulit jadi hitam

Menurut jurnal Diabetes Care, wanita dengan asupan tinggi vitamin D dan kalsium berisiko paling rendah terkena diabetes tipe 2. Selain dari makanan, sumber vitamin D terbaik ada di sinar matahari. Dua puluh menit paparan sinar matahari pagi sudah mencukupi kebutuhan vitamin D selama tiga hari. Beberapa penelitian terbaru, di antaranya yang diterbitkan oleh American Journal of Epidemiology, menyebutkan bahwa vitamin D juga membantu keteraturan metabolisme tubuh, termasuk gula darah.

Solusi: Gunakan krim tabir surya sebelum “berjemur” di bawah sinar matahari pagi selama 10-15 menit.

10. Keranjingan soda

Dari penelitian yang dilakukan oleh The Nurses’ Health Study II terhadap 51.603 wanita usia 22-44 tahun, ditemukan bahwa peningkatan konsumsi minuman bersoda membuat berat badan dan risiko diabetes melambung tinggi. Para peneliti mengatakan, kenaikan risiko itu terjadi karena kandungan pemanis yang ada dalam minuman bersoda. Selain itu, asupan kalori cair tidak membuat kita kenyang sehingga terdorong untuk minum lebih banyak.
Info: http://indodiabetes.com/10-kebiasaan-pemicu-diabetes-atau-kencing-manis.html#ixzz0m5xMj6XE

Diabetes melitus 1

Diabetes melitus DM alias kencing manis merupakan penyakit yang terjadi akibat terganggunya proses metabolisme gula darah di dalam tubuh. Orang dengan DM akan mempunyai kadar gula yang sangat tinggi dalam darahnya setelah makan dan akan sangat anjlok bila sedang puasa. Penyebab pasti dari penyakit ini tidak diketahui dengan pasti tetapi dicurigai kegemukan atau overweight merupakan salah satu faktor pencetus dari DM. DM yang timbul akibat kegemukan ini biasanya terjadi pada usia lanjut alias umur diatas 40 tahun.

Sebenarnya untuk mengetahui atau mendiagnosa pasien DM tidaklah sulit. Pasien yang datang dengan keluhan sering kencing (polyuri), sering minum (polydipsi), sering makan (polyfagi), badan mengurus serta lemas sudah bisa kita tebak bahwa pasien tersebut menderita kencing manis. Apalagi saat kita periksa gula darah acaknya melebih 200 mg/dl maka keyakinan kita itu akan semakin menguat.

Polyuri atau sering kencing terjadi karena pada orang dengan DM akan terjadi penumpukan cairan dalam tubuhnya akibat gangguan osmolaritas darah yang mana cairan tersebut kudu dibuang melalui kencing. Karena banyak cairan yang keluar maka orang dengan DM akan merasa kehausan sehingga mereka jadi ingin sering minum. Akibat dari menurunnya kemampuan insulin mengelola kadar gula dalam darah maka sering terjadi walau kadar gulanya sedang dalam keadaan normal namun tubuh merespon lain sehingga tubuh dipaksa untuk makan untuk mencukupi kadar gula darah yang bisa direspon oleh insulin. Apabila kita terlambat makan maka tubuh akan memecah cadangan energi lain dalam tubuh seperti lemak sehingga badan menjadi tambah kurus.

Selain pemeriksaan kadar gula darah acak, perlu juga dilakukan pemeriksaan kadar gula darah puasa dan kadar gula darah 2 jam setelah makan untuk sekedar mengkonfirmasi nilai kadar gula darah acak yang telah kita dapatkan. Pada pasien DM kadar gula darah puasa lebih dari 120 mg/dl sedangkan pada kadar gula darah 2 jam setelah makan lebih dari 200 mg/dl. Pemeriksaan lain yang juga perlu adalah pemeriksaan kadar gula darah dalam urine/kencing yang hasilnya positif.

Pengobatan pada pasien DM usia lanjut atau DM tipe II biasanya dengan menggunakan obat obatan anti diabetik oral. Pengobatan ini harus diimbangi dengan diet untuk menguruskan tanpa gula (reducing diet). Sekedar diketahui dalam keadaan basal diperlukan jumlah kalori per hari sebanyak BB ideal x (25-30) kalori. Olah raga merupakan hal yang sangat dianjurkan terutama olah raga seperti aerobik (jalan/sepeda) secara teratur. Terkadang pengaturan diet dan olah raga merupakan pilihan pertama, bila kedua cara ini gagal baru diberikan obat anti diabetik oral. Yang perlu diingat, pada usia lanjut dianjurkan pemberian obat anti diabetik oral dengan kerja yang cepat sebab pada usia ini sering penderita kedapatan lupa makan, hal ini berbahaya karena bisa menyebabkan hipoglikemia bila diberikan obat anti diabetik dengan masa kerja lama.

Untuk kontrol penyakit maka perlu diperiksa secara periodik berat badan, gejala gejala diabetes yang masih dirasakan, kontrol gula darah dan pemeriksaan kadar lemak darah. Bila hal ini dilakukan dengan teratur maka komplikasi berat dari DM bisa dicegah. Pembahasan mengenai komplikasi DM kita sambung dikemudian hari.

LinkWithin

Related Posts with Thumbnails