30 November 2009
Jayanti
(Sesbania sesban Merr.)
Sinonim :
= S.aegyptiaca, Pers.
Familia :
Papilionaceae
Uraian :
Jayanti banyak ditemukan di Jawa, biasa di tanam di pekarangan, galengan sawah atau di perkebunan sebagai tanaman naungan, penahan angin atau pupuk hijau. Tanaman ini dapat tumbuh pada tanah yang jelek dan dapat ditemukan dari dataran rendah sampai sekitar 800 m dpi. Perdu atau pohon kecil, tinggi 2-6 m, banyak bercabang, tumbuhnya cepat. Daun berupa daun majemuk menyirip, dengan 7-25 pasang anak daun. Anak daun berbentuk garis sampai memanjang, bertangkai pendek, ujung bulat, tepi rata. Bunga dalam tandan, warnanya kuning. Buahnya buah polong, tumbuh menggantung, berbentuk garis. Daunnya dapat dimasak dan dimakan sebagai sayur. Selain itu, daunnya juga dapat digunakan untuk pupuk hijau dan digunakan sebagai makanan ternak. Perbanyakan dengan biji.
Nama Lokal :
Jayanti (Sunda), janti, giyanti, kelor wana (Jawa);
Penyakit Yang Dapat Diobati :
TB Paru (Tuberculosa), Kencing nanah, lnfeksi ginjal, demam;
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG DIPAKAI: Daun, akar, kulit, biji, dan minyak,
KEGUNAAN:
Daun:
1. Demam.
2. Cacingan.
3. TB Paru (Tuberculosa).
4. Radang selaput lendir mata.
5. Infeksi ginjal.
Kulit:
1. Sukar berkeringat.
2. Kencing kurang lancar.
3. Kencing nanah.
Biji:
1. Kepala pusing.
2. Batuk.
3. Keguguran,
4. Datang haid tidak teratur.
Akar:
1. Kencing nanah.
2. Sifilis.
Minyak:
1. Borok, koreng, kudis.
2. Trachoma.
PEMAKAIAN:
Untuk minum: 1/4-1 genggam daun.
Pemakaian luar: Daun digiling halus, untuk pemakaian setempat.
CARA PEMAKAIAN:
1. TB Paru:
Daun jayanti sebanyak 1/4 genggam, dicuci bersih lalu ditumbuk
sampai halus. Tambahkan 1/2 gelas air masak dan 1 sendok makan
madu. Aduk sampai merata, lalu diperas dan disaring, minum.
Lakukan 3 kali sehari.
2. Kencing nanah:
1 jari akar jayanti, 6 lembar daun sirih, 6 buah kemukus, jintan hitam
dan adas masing-masing 3/4 sendok teh, 3/4 jari pulosari, 3 jari
gula enau, dicuci dan dipotong-potong seperlunya. Rebus dengan
4 gelas air bersih sampai tersisa 2 1/4 gelas. Setelah dingin
disaring, minum. Sehari 3 x 3/4 gelas.
3. lnfeksi ginjal:
Daun jayanti sebanyak 1 genggam, dicuci bersih lalu bilas dengan
air matang. Masukkan daun tadi kedalam 3/4 gelas air. Remas-
remas daunnya sampai airnya berbusa. Saring, minum airnya.
Lakukan setiap hari, sampai kencingnya menjadi lancar dan jernih
kembali.
4. Demam:
Daun secukupnya dicuci bersih lalu diremas-remas dengan adas.
Dibalurkan pada badan, yang akan memberikan rasa sejuk pada
penderita demam.
Biduri
(Calotropis gigantea [Willd.] Dryand.ex WTAit.)
Sinonim :
C. gigantea R.Br., Asclepias gigantea Willd.
Familia :
asclepiadaceae.
Biduri banyak ditemukan di daerah bermusim kemarau panjang, seperti padang rumput yang kering, lereng-lereng gunung yang rendah, dan pantai berpasir. Semak tegak, tinggi 0,5-3 m. Batang bulat, tebal, ranting muda berambut tebal berwarna putih. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan. Helaian daun berbentuk bulat telur atau bulat panjang, ujung tumpul, pangkal berbentuk jantung, tepi rata, pertulangan menyirip, panjangnya 8-30 cm, lebar 4-15 cm, berwarna hijau muda. Permukaan atas helaian daun muda berambut rapat berwarna putih (lambat laun menghilang), sedangkan permukaan bawah tetap berambut tebal berwarna putih. Bunga majemuk dalam anak payung, di ujung atau ketiak daun. Tangkai bunga berambut rapat, mahkota bunga berbentuk kemudi kapal, berwarna lila, kadang-kadang putih. Buahnya buah bumbung, berbentuk bulat telur atau bulat panjang, pangkal buah berupa kaitan, panjang 9-10 cm, berwarna hijau. Bijinya kecil, lonjong, pipih, berwarna cokelat, berambut pendek dan tebal, umbai rambut serupa sutera panjang. Jika salah satu bagian tumbuhan dilukai, akan mengeluarkan getah berwarna putih, encer, rasanya pahit dan kelat, lama-kelamaan terasa manis, baunya sangat menyengat, dan beracun. Kulit batang biduri mengandung bahan serat yang dapat digunakan untuk membuat jala. Biduri dapat diperbanyak dengan biji
Nama Lokal :
NAMA DAERAH: Sumatera: rubik, biduri, lembega, rembega, rumbigo. Jawa: babakoan, badori, biduri, widuri, saduri, sidoguri, bidhuri, burigha. Bali: Manori, maduri. Nusa Tenggara: muduri, rembiga, kore, krokoh, kolonsusu, modo kapauk, modo kampauk. Sulawesi: rambega. Nama asing: Giant milk weed, mudar plant (I), kapal-kapal (Tag.), oscherstrauch. Nama simplisia : Calotropidis Cortex Radicis (kulit akar biduri).
Penyakit Yang Dapat Diobati :
SIFAT DAN KHASIAT: Kulit akar biduri berkhasiat kolagoga, peluruh keringat (diaforetik), perangsang muntah (emetik), memacu kerja enzim pencernaan (alternatif), dan peluruh kencing (diuretik). Kulit kayu biduri berkhasiat emetik, bunga berkhasiat tonik, dan menambah nafsu makan (stomakik). Daun berkhasiat rubifasien dan menghilangkan gatal. Getahnya beracun dan dapat menyebabkan muntah. Namun, berkhasiat sebagai obat pencahar.
Bagian tumbuhan yang digunakan adalah kulit akar, daun, getah, dan bunga.
INDIKASI
Kulit akar digunakan untuk pengobatan : demam, perut terasa penuh, kaki pegal dan lemas, gigitan ular beracun, borok kronis, dan penyakit kulit lainnya.
Daun digunakan untuk pengobatan : kudis, luka, borok, sariawan, gatal pada cacar air (varicella), campak (measles), demam, dan batuk.
Bunga digunakan untuk pengobatan: radang, lambung (gastritis), batuk, sesak napas, influenza, sifilis sekunder, kencing nanah (gonorrhoea), dan kusta (lepra).
Getah digunakan untuk pengobatan: bisul, eksim, pembesaran kelenjar getah bening, luka pada sifilis, luka di kaki, sakit gigi, dan mencabut duri yang menusuk kulit.
CARA PEMAKAIAN
Untuk obat yang diminum, rebus 0,1-0,65 g kulit akar, lalu diminum. Untuk pemakaian luar, layukan daun segar secukupnya, lalu tambahkan kapur sirih dan giling sampai halus. Selanjutnya, lumurkan ramuan ke bagian tubuh yang terkena penyakit kudis. Untuk sakit perut, layukan daun segar di atas api, lalu oleskan minyak di bagian permukaannya, digunakan untuk menutup perut. Untuk sakit telinga, tumbuk daun muda sampai halus, lalu peras. Air perasannya diteteskan pada telinga yang sakit. Untuk luka atau borok, giling daun kering sampai halus, lalu taburkan serbuk pada bagian yang luka atau borok.
CONTOH PEMAKAIAN
Gastritis
Cuci 1/3 genggam bunga biduri, lalu rebus dalam tiga gelas air sampai tersisa kira-kira 2 1/4 gelas. Setelah dingin, saring dan tambahkan madu secukupnya. Selanjutnya, ramuan slap untuk diminum. Untuk pengobatan, minum ramuan ini sebanyak 3/4 gelas, sehari tiga kali.
Lepra, sifilis sekunder, gonorrhoea
Rebus 0,1 g bunga kering dalam tiga gelas air sampai tersisa menjadi satu gelas. Setelah dingin saring dan air saringannya diminum.
Digigit ular beracun
Cuci akar sebesar 1 jari sampai bersih, lalu kunyah dan airnya ditelan, sedangkan ampasnya digunakan untuk menutup luka.
Kaki pegal dan lemas
Cuci akar secukupnya sampai bersih, lalu tumbuk halus. Tambahkan tepung beras (sama banyak) dan aduk sampai rata. Gosokan ramuan pada bagian kaki yang sakit.
Bisul
Teteskan getah buah di atas bisul yang membandel.
Luka pada sifilis dan kaki
Cuci luka-luka pada sifilis dan kaki, lalu oleskan getah biduri pada bagian luka tersebut.
Tertusuk duri halus
Teteskan getah biduri pada bagian tubuh yang tertusuk duri. Secara langsung, getah akan mengeluarkan duri di dalam kulit dengan sendirinya.
Pembesaran kelenjar getah bening.
Oleskan kelenjar yang membengkak dengan getah biduri.
Sakit gigi
Oleskan getah biduri pada gigi yang sakit. Cara pengolesan ini harus dilakukan dengan hati-hati, jangan mengenai gigi yang sehat.
Batuk dan sesak napas
Bakar daun kering, lalu hirup asapnya.
Sariawan
Cuci daun secukupnya sampai bersih, tumbuk sampai halus, kemudian diperas. Oleskan air perasannya pada bagian yang sariawan.
Campak
Cuci 1/4 genggam daun biduri, 1/4 genggan daun asam muda, dan rimpang kunyit sebesar 1/2 jari; lalu tumbuk sampai halus. Tambahkan satu cangkir air masak dan satu sendok makan madu, lalu aduk sampai rata. Selanjutnya, ramuan disaring dan air saringannya diminum. Pengobatan ini dilakukan dua kali sehari.
Sakit telinga
Cuci daun muda sampai bersih, lalu tumbuk sampai halus. Selanjutnya, peras dan saring, lalu airnya diteteskan pada bagian telinga yang sakit. Lakukan pengobatan ini 3-4 kali sehari.
Sakit perut
Cuci daun sampai bersih, lalu layukan di atas api. Oleskan minyak, kemudian letakkan daun di sekitar perut.
Kudis
Cuci satu genggam daun segar sampai bersih, lalu bilas dengan air matang. Layukan daun-daun tersebut di atas api, lalu tumbuk dan tambahkan 1/4 sendok teh kapur sirih. Penumbukan dilakukan sampai ramuan menjadi adonan, seperti bubur kental. Terakhir, oleskan ramuan pada tangan dan kaki yang kudisan.
Gatal
Cuci daun biduri sampai bersih, lalu oleskan minyak kelapa di bagian permukaannya dan layukan di atas api. Bahan tersebut digunakan untuk membalur kulit yang gatal.
Catatan
Getah tumbu
Akar mengandung saponin, sapogenin, kalotropin, kalotoksin, uskarin, kalaktin, gigantin, dan harsa. Daun mengandung saponin, flavonoida, polifenol, tanin, dan kalsium oksalat. Batang mengandung tanin, saponin, dan kalsium oksalat. Getah mengandung racun jantung yang menyerupai digitalis.
TANAMAN OBAT UNTUK BALITA
1. Air Kelapa Muda & Kopi
Dapat digunakan untuk obat muntaber karena air kelapa muda banyak mengandung mineral kalium, yang banyak keluar ketika anak muntaber. Dosisnya tak ada takarannya, terserah anda. Dicampur dengan sedikit kopi (seujung sendok saja).
2. Brotowali (Putrawali, Andawali)
Untuk pemakaian luar bermanfaat menyembuhkan luka-luka dan gatal-gatal akibat kudis (scabies). Caranya, 2-3 jari batang brotowali dipotong kecil-kecil, rebus dengan 6 gelas air. Setelah mendidih, biarkan selama 1/2 jam. Saring air dan gunakan untuk mengobati luka serta gatal-gatal.
3. Jeruk Nipis
Untuk mencairkan dahak dan obat batuk anak. Caranya, campur 1 sendok makan air perasan jeruk nipis, 3 sendok makan madu murni, 5 sendok makan air matang, lalu di tim selama 30 menit. Takaran minum bayi :
- anak usia 6 bulan – 1 tahun : 2 kali 1/2 sendok teh
- anak usia 1-3 tahun : 2 kali 1 sendok teh
- anak usia 4-5 tahun : 2 kali 1 1/2 sendok teh
4. Kentang
untuk obat bisul. Caranya, parut kentang dan peras. Oleskan sari air dan parutan kentang segar dioleskan pada bisul 3-4 kali per hari. Bisa pula untuk ruam kulit yang disebabkan biang keringat atau keringat buntet (miliaria), karena sifat kentang yang mendingingkan.
5. Banglai (bangle, panglai, manglai, pandhiyang)
Untuk menenangkan bayi dan anak yang sering rewel pada malam hari, balurkan parutan bangle segar di kening dan badan anak.
6. Minyak Zaitun
Untuk mengobatai kerak kepala atau ketombe pada bayi (cradlle crap), sebanyak 1-2 kali per hari dioleskan pada kulit kepala.
7. Lidah Buaya
Untuk mengobati luka bakar pada bayi dan anak. Caranya dengan mengoleskan daging daun lidah buaya pada permukaan kulit yang luka bakar.
8. Daun Pepaya
Berkhasiat meningkatkan nafsu makan, menyembukan penyakit malaria, panas, beri-beri dan kejang perut. Caranya, daun pepaya muda ditumbuk, diperas, saring lalu minum airnya.
9. Temulawak
Untuk menambah nafsu makan. Caranya 150 gram temulawak dan 50 gram kunyit segar dikupas, iris tipis, rendam dalam 500 cc madu kapuk dalam toples tertutup selama 2 minggu. Setelah 2 minggu ramuan siap digunakan. Aturan minum 1 sendok makan madu temulawak dilarutkan dalam 1/2 cangkit air hangat, diminum pagi dan sore.
10. Kencur
Untuk meringankan batuk pada anak. Caranya 5 gram kencu sgar dicuci bersih, parut, lalu tambahkan 2 sendok makan air putih matang dan diaduk. Setelah disaring, tambahkan 1 sendok makan madu murni. Berikan 2-3 kali sehari.
11. Adas
Teh adas dapat dipakai untuk meringankan bayi yang menderita kolik atau yang kesakitan akibat keluarnya gigi. Untuk obat masuk angin dan kolik, caranya 1 sendok teh adas dilarukan dengan 1 cangkir air mendidih, aduk hingga larut. Setelah agak dingin, larutan dapat diminumkan pada bayi/anak dengan takaran :
- usia 6 bulan-1 tahun : 2 kali 1/2 sendok teh
- usia 1-3 tahun : 2 kali 1 sendok teh
- usia 4-5 tahun : 2 kali 1 1/2 sendok teh
PENYAKIT KAKI GAJAH DENGAN TANAMAN OBAT
Perbedaan penyebaran penyakit Kaki Gajah ini dengan penyakit Malaria dan Demam Berdarah (DB) yaitu, medium penularan penyakit Kaki Gajah bisa terjadi atau ditularkan oleh 23 jenis nyamuk, baik jenis anopheles, aedes, nyamuk rumah, nyamuk rawa dan jenis lainnya. Sedangkan penyakit Malaria hanya oleh satu jenis nyamuk yaitu jenis anopheles, begitu juga dengan penyakit DB yang ditularkan melalui nyamuk jenis aedes aegepty.
Berdasarkan hasil survey dan analisa, berbagai lembaga kesehatan, secara umum menyimpulkan, penyakit Kaki Gajah erat kaitannya dengan perilaku masyarakat yang berpola hidup tidak sehat. Misalnya mengabaikan tercukupinya waktu istirahat seperti tidur dan tidak suka berolah raga, sehingga daya tahan tubuh lemah, serta lingkungan sekitarnya yang tidak sehat.
Untuk mengetahui tingkat stadium dari gejala klinis penyakit Kaki Gajah akut, kita dapat melihat dari beberapa hal yang terjadi akibat infeksi yang ditimbulkan oleh nyamuk yang membawa cacing filaria tersebut. Seperti, pertama, adanya demam berulang-ulang selama 3-5 hari. Demam tersebut dapat hilang bila istirahat. Tetapi muncul lagi apabila melakukan kerja yang memberatkan.
Kedua, adanya pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) di daerah lipatan paha, ketiak (lymphangitis) yang tampak kemerahan, panas, dan sakit. Ketiga adanya radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan ke arah ujung (retrograde lymphangitis). Akibat seringnya menderita pembengkakan getah bening, sewaktu-waktu dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah. Dan keempat, adanya pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas (early lymphodema)
Sedangkan gejala klinis yang kronis, dapat dikenali dengan adanya pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, dan buah zakar.
Secara umum untuk menentukan seseorang terkena penyakit Kaki Gajah dapat diketahui setelah melakukan diagnosis, yaitu dengan cara pemeriksaan darah jari yang dilakukan mulai pukul 20.00 malam waktu setempat. Dari pemeriksaan tersebut, seseorang dinyatakan sebagai penderita penyakit Kaki Gajah, apabila dalam persediaan darah tebalnya ditemukan mikrofilaria.
Dan mengenai cara mengobatinya bisa dilakukan secara massal di daerah endemis dengan menggunakan obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC) dikombinasikan dengan Albenzol sekali setahun, selama 5 sampai 10 tahun. Sedangkan untuk mencegah reaksi efek samping seperti demam, bisa diberikan Parasetamol, dengan menggunakan dosis obat untuk sekali minum adalah, DEC 6 mg/kg/berat badan, dan Albenzol 400 mg (1 tablet).
Pengobatan pada kasus klinis, baik yang stadium dini maupun lanjut bisa dihentikan apabila Mf rate (mikrofilia rate) sudah mencapai lebih kecil dari 1 persen secara individual/selektif. Sedangkan upaya untuk melakukan pencegahan terhadap penyakit ini, dengan berbagai cara yaitu seperti, pertama, berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk vektor (mengurangi kontak dengan vektor), misalnya dengan menggunakan kelambu bila sewaktu tidur, menutup ventilasi rumah dengan kasa nyamuk, menggunakan obat nyamuk semprot atau nyamuk bakar, mengoles kulit dengan obat anti nyamuk.
Kedua, dengan cara memberantas nyamuk, yaitu dengan membersihkan rawa-rawa yang merupakan tempat perindukan nyamuk. Untuk itu perlu melakukan tindakan menimbun, mengeringkan atau mengalirkan genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk, dan membersihkan semak-semak di sekitar rumah. Dengan cara tersebut, diharapkan vektor penyebab penyakit Kaki Gajah bisa dihilangkan atau dibasmi. Sehingga harapannya, penyakit Kaki Gajah dapat diminimalkan penyebarannya.
67 Persen Kabupaten Endemis Kaki Gajah
"Sebanyak 316 dari seluruh kabupaten/kota di Indonesia sudah menjadi daerah endemis penyakit kaki gajah, sehingga perlu penanganan serius," ujar Kepala Sub Bidang Filariasis, Departemen Kesehatan dr I Nengah Darna di Ambon, Jumat (16/10).
Darna yang berada di Ambon untuk sosialisasi penyebaran penyakit itu kepada seluruh pimpinan Puskesmas serta Kepala Desa dan Lurah se-Kota Ambon, mengatakan jumlah penduduk pada daerah endemis yang berisiko tertular penyakit ini mencapai 125 juta jiwa, di mana 20 persen di antaranya tingkat penularannya masuk kategori kronis.
"Sebanyak 20 persen dari total populasi penduduk di suatu wilayah endemis berpotensi tertular. Mungkin orang akan terlihat normal tetapi dalam tubuhnya sudah mengandung cacing filarial, sehingga perlu diobati secara serius," ujar Nengah.
Menurut dia, Depkes kini serius menangani penyebaran penyakit yang dikategorikan "menular menahun" tersebut dengan melakukan pengobatan tidak hanya kepada penderita, tetapi juga bagi orang-orang di sekitarnya, mengingat penyebaran penyakit ini sangat cepat dan perantaranya adalah nyamuk.
Pada daerah-daerah endemis, pemerintah tidak lagi melakukan pengobatan kepada warga yang menderita atau yang memiliki gejala terkena penyakit ini saja, tetapi dilakukan secara merata kepada semua warga yang ada di wilayah itu, untuk mencegah penularannya.
"Jika nyamuk telah menggigit penderita kaki gajah dan kemudian berpindah menggigit orang yang sehat, cacing filarial akan langsung menular. Karena itu, pengobatan ilakukan secara menyeluruh kepada penderita maupun orang yang sehat dalam suatu lingkungan," katanya.
Dia mengatakan obat untuk menyembuhkan penyakit kaki gajah, jika diminum orang yang sehat sebagai langkah antisipasi, tidak akan menimbulkan resiko besar, selain hanya mengalami efek samping seperti pusing.
Khusus di Pulau Sumatera dan Kalimantan penularannya tidak hanya melalui nyamuk kepada manusia, tetapi penyakit dengan gejala kaki membengkak dan menjadi besar itu juga sudah menginvfksi hewan yakni kucing.
"Memang kakinya terlihat biasa kendati membesar dan penderitanya bisa berjalan, namun sebenarnya penyakit yang diderita ini sudak masuk stadium kronis," ujarnya.
Dia menambahkan Maluku khususnya Ambon merupakan salah satu daerah yang tergolong rawan penyebaran penyakit kaki gajah.
Depkes akan melakukan pengobatan secara nasional di semua daerah endemis penyakit kaki gajah bertepatan dengan peringatan Hari Kesehatan ke-45 pada 12 November mendatang, dan pengobatannya akan dilakukan secara rutin selama lima tahun berturut-turut. (Ant/OL-7)
Sumber : Media Indonesia
BATAN DAN FILARIASIS
Sampai saat ini penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia. Salah satu penyakit menular yang pada tahun-tahun belakangan ini menyerang beberapa provinsi di Indonesia termasuk sebagian warga di provinsi Jawa Barat dan Banten, adalah penyakit kaki gajah atau dikenal dengan filariasis. Beberapa daerah dinyatakan sudah mengalami endemis di antaranya Garut, Tasikmalaya, Karawang, Subang, Purwakarta, Bekasi, Bogor dan Depok. Malahan kota Bandung pun tidak luput dari serangan penyakit ini. Karena jumlah penderita filariasis cukup signifikan, maka penyakit ini telah menjadi suatu penyakit yang membutuhkan perhatian dan penanganan yang serius dari Departemen Kesehatan RI khususnya Bidang Pelayanan dan Penanganan Penyakit Menular.
Ruang lingkup kebutuhan penelitian dalam menanggulangi penyakit menular adalah mencakup metode pengendalian dan pencegahan, salah satu termasuk di dalamnya penelitian tentang diagnosis dan pendeteksian dini. Penyebab filariasis yang paling sering ditemukan di Indonesia adalah cacing gelang genus filaria Wuchereria bancrofti. Cacing ini hidup dan berkembang biak dalam darah dan jaringan penderita. Dalam mendeteksi secara dini penyakit filariasis, pihak Dep.Kesehatan mengalami kesulitan karena pendeteksian adanya infeksi cacing filaria dari sampel darah harus dilakukan pada malam hari. Seperti diketahui cacing tersebut pada siang hari berada pada saluran limfatik dan bermigrasi ke saluran darah pada malam hari.
Metode limfosintigrafi yang berkembang baru-baru ini di kedokteran nuklir adalah suatu cara diagnosis atau penelusuran sistem limfatik menggunakan radiofarmaka bertanda radionuklida pemancar sinar-gamma yang disuntikkan secara intradermal ke dalam saluran limfatik, dan pergerakan dari radiofarmaka tersebut dapat dideteksi dari luar tubuh dengan kamera gamma atau probe khusus untuk limfosintigrafi, sehingga diperoleh gambaran seluruh sistem limfatik beserta kelainan atau penyumbatannya. Sejauh ini limfosintigrafi hanya dilakukan untuk mengetahui adanya penyumbatan dalam sistem limfatik tanpa mengetahui apa yang menjadi penyebabnya atau untuk menelusuri adanya sentinel node pada penderita kanker payudara, getah bening dll. Dengan mengembangkan radiofarmaka yang spesifik dapat mendeteksi keberadaan cacing filaria, diharapkan metode limfosintigrafi dapat dimanfaatkan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi praktisi medis dalam mendeteksi dini penyakit filariasis.
BATAN melakukan penelitian ini dengan mengembangkan pembuatan radiofarmaka dengan cara menggabungkan senyawa dietil-karbamazin (DEC) yang telah dikenal secara luas sebagai suatu obat anti filariasis dengan radionuklida teknesium-99m (99mTc) yang diperoleh dari hasil luruh radioisotop Molibdenum-99 (99Mo) hasil aktivasi 98MoO3 alam di reaktor nuklir, membentuk suatu senyawa bertanda 99mTc-dietil-karbamazin (99mTc-DEC) yang diharapkan dapat digunakan sebagai kit-diagnostik terpilih untuk mendeteksi secara dini penyakit filariasis sehingga tindak lanjut pengendalian dan pengobatan penyakit dapat dilakukan secara lebih cepat, tepat, spesifik dan akurat.
Sumber : Dra. Nanny Kartini Oekar, MSc. P.U, PTNBR BATAN Bandung
Lihat juga : www.filariasis.org
Filariasis Limfatik (Kaki Gajah) di Indonesia
Indonesia merupakan kebun binatang parasit terbesar di dunia, dengan salah satu koleksi endemisnya; golongan cacing filaria. Dataran pulau Sumatera serta sebagian wilayah Jawa dan Bali menjadi kawasan yang dari tahun ke tahun langganan terinfeksi kaki gajah .
Penyakit filarial cukup populer di negeri ini. Cacing filaria merambat di sekeliling jaringan subkutan dan sekujur pembuluh limfe. Di antara spesies antropofilik yang paling ganas ialah Wuchereria bancrofti, Brugia, malayi, Brugia timori, Onchocerca volvulus, dan Loa loa. Dari nematoda itu, menurut Prof.Dr.Herdiman Pohan, Sp.PD, KPTI dari Guru besar FKUI/RSCM, Brugia dan Wuchereria merupakan spesies terbanyak yang ditemukan di Indonesia, sementara Onchocerca dan Loa loa tidak terdapat. Selain itu, Mansonella ozzardi, Mansonella perstans, serta Mansonella streptocerca, tidak terlalu populer di Indonesia dan penyakit yang ditimbulkan tidak terlalu parah.
Satu konsep mutakhir yang menjadi target pengobata ialah terdapatnya endosimbion yang terjadi di dalam tubuh filaria. Para pakar Tropical Medicine menemukan terdapat individu semacam rickettsia yang hidup intraseluler pada setiap stadium Wuchereria, Mansonella, dan Onchocerca yang dinamakan Wolbachia. Konon, individu ini berhubungan endosimbiosis sangat erat dengan filaria sehingga dapat dijadikan target kemoterapi antifilarial.
W. bancrofti merupakan spesies yang sangat terkenal di dunia, meski hanya sedikit sekali mahasiswa kedokteran di dunia yang mempelajari secara intensif mata kuliah Parasitologi atau Tropical Medicine. Sekitar 115 juta manusia terinfeksi parasit ini di daerah subtropis dan tropis, meliputi Asia, Pasifik, Afrika, Amerika Selatan, serta Kepulauan Karibia. Spesies dengan periodisitas subperiodik (kapan saja terdapat di darah tepi) ditemukan di Kepulauan Pasifik dengan vektor Aedes sp., sementara sebagian besar lainnya memiliki periodisitas nokturnal dengan vektor Culex fatigans dan Culex cuenquifasciatus di Indonesia. Vektor Culex juga biasanya ditemukan di daerah-daerah urban, sedangkan vektor Aedes dapat ditemukan di daerah-daerah rural.
Brugia malayi lazim ditemui di China, India, Korea, Jepang, Filipina, Malaysia, dan tentu saja Indonesia. Sementara Brugia timori merupakan satwa khas Indonesia yang hanya bisa ditemui di kepulauan Timor. Mirip dengan W.bancrofti, Brugia malayi memiliki juga memiliki dua bentuk periodisitas. Bedanya, biasanya B.malayi dengan periodisitas nokturnal ditemukan di daerah pertanian dengan vektor Anopheles atau Mansonia. Sedangkan spesies dengan periodisitas subperiodik ditemuakn di hutan-hutan dengan vektor Mansonia dan Coquilettidia (jarang).
Prinsip patologis penyakit filariasis bermula dari inflamasi saluran limfe akibat dilalui cacing filaria dewasa (bukan mikrofilaria). Cacing dewasa yang tak tahu diri ini melalui saluran limfe aferen atau sinus-sinus limfe sehingga menyebabkan dilatasi limfe pada tempat-tempat yang dilaluinya. Dilatasi ini mengakibatkan banyaknya cairan plasma yang terisi dari pembuluh darah yang menyebabkan penebalan pembuluh darah di sekitarnya.
Akibat kerusakan pembuluh, akan terjadi infiltrasi sel-sel plasma, esosinofil, serta makrofag di dalam dan sekitar pembuluh darah yang terinfeksi. Nah, infiltrasi inilah yang menyebabkan terjadi proliferasi jaringan ikat dan menyebabkan pembuluh limfe di sekelilingnya menjadi berkelok-kelok serta menyebabkan rusaknya katup-katup di sepanjang pembuluh limfe tersebut. Akibatnya, limfedema dan perubahan statis-kronis dengan edema pada kulit di atas pembuluh tersebut menjadi tak terhindarkan lagi.
Jadi, jelaslah bahwa biang keladi edema pada filariasis ialah cacing dewasa yang merusak pembuluh limfe serta mekanisme inflamasi dari tubuh penderita yang mengakibatkan proliferasi jaringan ikat di sekitar pembuluh. Respon inflamasi ini juga diduga sebagai penyebab granuloma dan proliferatif yang mengakibatkan obstruksi limfe secara total. Ketika cacing masih hidup, pembuluh limfe akan tetap paten, namun ketika cacing sudah mati akan terjadi reaksi yang memicu timbulnya granuloma dan fibrosis sekitar limfe. Kemudian akan terjadi obstruksi limfe total karena karakteristik pembuluh limfe bukanlah membentuk kolateral (seperti pembuluh darah), namun akan terjadi malfungsi drainase limfe di daerah tersebut.
Tokoh Utama Filariasis
Seluruh parasit filaria menjangkiti sekitar 170 juta orang di dunia dengan transmisi melalui nyamuk atau arthropoda lainnya. Parasit ini memiliki siklus hidup yang kompleks, meliputi stadium larva infektif yang dibawa oleh serangga menuju hospes definitif (hanya) manusia berkembang menjadi cacing dewasa di pembuluh limfe atau jaringan subkutan lain, misalnya mata pada Loa loa. Larva infektif yang disebut mikrofilaria ini berukuran panjang sekitar 200 hingga 250 µm serta lebar 5 hingga 7 µm yang bersarung. Bedanya, di antara W.bancrofti, B.malayi, dan B.timori, hanya B.timori yang sarungnya tidak menyerap pewarna sehingga tidak kelihatan bersarung di mikroskop. Yang juga membedakan ketiga spesies ini, pada spesies Brugia, terdapat inti tambahan terutama di ujung ekor serta karakteristik lain seperti jarak mulut, panjang tubuh.
Perkembangan dari larva muda hingga menjadi larva infektif di dalam tubuh nyamuk berlangsung selama 1-2 pekan sedangkan dari mulai masuknya larva dari nyamuk ke tubuh manusia hingga menjadi cacing dewasa berlangusng selama 3 hingga 36 bulan. Meski terkesan gampang sekali tertular oleh nyamuk, namun pada kenyataannya diperlukan ratusan hingga ribuan gigitan nyamuk hingga bisa menyebabkan penyakit filaria. Selain itu, jika sudah terpajan berulang kali dengan nyamuk vektor filarian ini, terdapat kekebalan yang cenderung meningkat. Jadi, orang-orang kampung yang sudah biasa digigit (dihisap) nyamuk Aedes atau Culex akan lebih kebal dibanding orang-orang kota yang kebetulan sedang bepergian ke daerah-daerah perkampungan yang endemis filariasis.
Tanda dan Gejala Klinis
Umumnya, filariasis akan bersifat mikrofilaremia subklinis. Apalagi kebanyakan penderita penyakit ini merupakan masyarakat pedesaan hingga sama sekali tidak terdeteksi oleh pranata kesehatan yang berada di lingkungan tersebut. Namun demikian, jika telah parah dan kronis dapat menimbulkan hidrokel, acute adenolymphangytis (ADL), serta kelainan pembuluh limfe yang kronis. Di daerah-daerah yang endemis W.bancrofti juga sudah banyak orang yang kebal sehingga jika ada satu atau dua orang yang skrotumnya tiba-tiba sudah besar, kemungkinan sudah banyak sekali laki-laki yang terinfeksi parasit ini. Meski demikian, jika ingin mendeteksi secara dini, dalam fase subklinis penderita filariasis bancrofti akan mengalami hematuria dan atau proteinuria mikroskopik, pembuluh limfe yang melebar dan berkelok-kelok –dideteksi dengan flebografi- , serta limfangiektasis skrotum –dideteksi dengan USG. Namun tentu saja gejala-gejala yang disebutkan terakhir jarang sekali (kalau bisa dibilang tidak pernah) terdeteksi karena terjadi di pedalaman-pedalaman desa.
ADL ditandai dengan demam tinggi, peradangan limfe (limfangitis dan limfadenitis), serta edema lokal yang bersifat sementara. Limfangitis ini bersifat retrograd, menyebar secara perifer dari KGB menuju arah sentral. Sepanjang perjalanan ini, KGB regional akan ikut membesar atau sekedar memerah dan meradang. Bisa juga terjadi tromboflebitis di sepanjang jalur limfe tersebut. Limfadenitis dan limfangitis dapat terjadi pada KGB ekstremitas bawah dan atas akibat infeksi W.bancrofti dan Brugia. Namun khas untuk W.bancrofti, biasanya akan terjadi lesi di daerah genital terlebih dahulu. Lesi di derah genital ini meliputi funikulitis, epididimitis, dan rasa sakit pada skrotum. Nantinya lesi ini juga bisa menjadi limfedema hingga menjadi elefantiasis skrotalis yang sangat khas akibat infeksi W.bancrofti. Lebih jauh, edema ini juga bisa mendesak rongga peritoneal hingga menyebabkan ruptur limfe di daerah renal dan menyebabkan chiluria, terutama waktu pagi.
Pada daerah yang endemis infeksi filaria, terdapat tipe onset penyakit akut yang dinamakan dermatolymphangioadenitis (DLA). Agak sedikit berbeda dengan ADL, DLA merupakan sindrom yang meliputi demam tinggi, menggigil, myalgia, serta sakit kepala. Plak edem akibat peradangan membentuk demarkasi yang jelas dari kulit yang normal. Pada sindrom ini juga terdapat vesikel, ulkus, serta hiperpigmentasi. Kadang-kadang dapat ditemui riwayat trauma, gigitan serangga, terbakar, radiasi, lesi akibat pungsi, serta kecelakaan akibat bahan kimia. Biasanya port d’entrée dari filaria tersebut terletak di daerah interdigital. Karena bentuknya yang tidak terlalu khas, sindrom ini sering juga didiagnosis sebagai selulitis.
Diagnosis Praktis
Gold Standard untuk sebagian besar penyakit akibat infeksi parasit ialah menemukan parasit tersebut baik dalam keadaan hidup ataupun mati. Dalam kasus filariasis, parasit berupa cacing dewasa hampir tidak mungkin ditemukan secara utuh karena terletak di dalam pembuluh limfe yang dalam dan berkelok-kelok. Karenanya diagnosis filariasis ditegakkan dengan penemuan mikrofilaria di darah tepi.
Selain di darah tepi, mikrofilaria dapat pula ditemukan di cairan hidrokel, atau kadang-kadang di cairan tubuh lainnya. Cairan ini dapat diperiksa secara mikroskopis secara langsung atau disaring dulu konsentrasi parasit sudah mampu melewati filter pori silindris polikarbonat (ukuran pori sekitar 3 µm). Bisa juga cairan disentrifugasi dengan 2% formalin (teknik Knott) baru kemudian dapat dideteksi parasit mikrofilaria secara spesifik dan sensitif.
Yang tak boleh lupa ketika mengamati parasit ini, sediaan mesti diambil menurut perkiraan periodisitas sesuai spesies dan hospesnya. Biasanya untuk W.bancrofti sediaan diambil dari darah ketika malam hari, atau lazim dikenal sediaan darah malam. Meski demikian, tak jarang pula orang yang diperkirakan memiliki diagnosis filariasis ternyata tidak ditemukan mikrofilaria satu pun di darah tepinya. Kemungkinan hal ini akibat pengambilan sediaan darah yang kurang tepat atau memang stadium parasit sudah selesai melewati mikrofilaria dan beranjak menjadi cacing dewasa.
Untuk diagnosis yang praktis dan cepat, sampai saat ini di samping sediaan darah malam ialah menggunakan ELISA dan rapid test dengan teknik imunokromatografik assay. Kedua pemeriksaan praktis ini mampu mendeteksi antigen dari mikrofilaria dan atau cacing dewasa dari darah tepi sehingga memiliki spesifisitas mendekati 100% dan sensitivitas antara 96 hingga 100%. Sayangnya, tes cepat ini hanya tersedia untuk spesies W.bancrofti, sementara belum ada tes yang adekuat untuk mikrofilaria Brugia.
Jika pasien sudah terdeteksi diduga kuat telah mengalami filariasis limfatik, penggunaan USG Doppler diperlukan untuk mendeteksi pergerakan cacing dewasa di tali sperma pria atau di kelenjar mammae wanita. Hampir 80% penderita filariasis limfatik pria mengalami pergerakan cacing dewasa di tali spermanya. Fenomena ini sering dikenal dengan filaria dance sign. Di luar metode di atas, terdapat pula teknik-teknik lain yang lebih spesifik namun biasanya hanya digunakan untuk penelitian, yakni PCR, deteksi serum IgE dan eosinofil, serta penggunaan limfoscintigrafi untuk mendeteksi pelebaran dan liku-liku pembuluh limfe.
Ketika episode akut, filariasis limfatik mesti dibedakan dari tromboflebitis, infeksi, serta trauma. Gejala limfangitis yang retrograd merupakan pembeda utama ketimbang limfangitis bakterial yang bersifat ascending. Sedangkan sebaliknya, pada episode kronis dari limfedema filarial mesti dibedakan dari keganasan, luka akibat operasi, trauma, status edema kronis, serta abnormalitas sistem limfe kongenital.
Pengobatan
Dari dulu sampai sekarang DEC merupakan pilihan obat yang murah dan efektif jika belum bersifat kronis. Selain DEC, terdapat pula Ivermectin yang sampai sekarang harganya pun semakin murah. Diethilcarbamazyne (DEC, 6 mg/kgBB/hari untuk 12 hari) bersifat makro dan mikrofilarisidal merupakan pilihan yang tepat untuk individu dengan filariasis limfe aktif (mikrofilaremia, antigen positif, atau deteksi USG positif cacing dewasa). Meskipun albendazole (400 mg dua kali sehari selama 21 hari) juga mampu menunjukan efikasi yang baik.
Pada kasus yang masih bersifat subklinis (hematuria, proteinuria, serta abnormalitas limfosintigrafi) sebaiknya diberikan antibiotik profilaksis dengan terapi suportif misalnya dengan antipiretik dan analgesik. Sedangkan jika sudah mikrofilaremia negatif, yakni ketika manifestasi cacing dewasa sudah terlihat, barulah DEC menjadi acuan obat utama.
Pasien dengan limfedema positif pada ekstremitas patut mendapatkan fisioterapi khusus untuk limfedema atau dekongestif. Pasien mesti dididik untuk hidup bersih dan menjaga agar daerah yang membengkak tidak mengalami infeksi sekunder. Sementara itu hidrokel bisa dialirkan secara berulang atau dengan insisi pembedahan. Jika dilakukan dengan baik ditambah DEC yang teratur, sebenarnya gejala pembengkakan ini bisa dikurangi hingga menjadi sangat minim.
Penggunaan DEC selama 12 hari dengan dosis 6 mg/kgBB (total dosis 72 mg) merupakan patokan standar yang telah dilaksanakan di negara-negara dengan filariasis. Sebenarnya dengan dosis tunggal 6 mg/kgBB selama sehari juga sudah mampu membunuh parasit-parasit yang ada di tubuh. Penggunaan selama 12 hari merupakan sarana supresi mikrofilaremia secara cepat. Namun biasanya penggunanan DEC dosis tunggal dikombinasikan dengan albendazole atau ivermectin dengan hasil mikrofilarisidal yang efektif.
Efek samping dari DEC ialah demam, menggigil, artralgia, sakit kepala, mual, hingga muntah. Keberhasilan pengobatan ini sangat tergantung dari jumlah parasit yang beredar di dalam darah serta sering menimbulkan gejala hipersensitivitas akibat antigen yang dilepaskan dari debris sel-sel parasit yang sudah mati. Reaksi hipersensitivitas juga bisa terjadi akibat inflamasi dari lipoprotein lipolisakarida dari organisme intraseluler Wolbachia, seperti yang disebutkan di atas. Selain DEC, ivermectin juga memiliki efek samping yang serupa dengan gejala ini.
Yang penting selain pengobatan klinis filariasis ialah edukasi dan promosi pada masyarakat sekitar untuk memberantas nyamuk dengan gerakan 3M, sama seperti pemberantasan demam berdarah. Selain itu, di beberapa tempat perlu juga dilakukan pemberian DEC profilaksis yang ditambahkan ke dalam garam dapur khusus untuk masyarakat di daerah tersebut. Namun yang belakangan tidak terlalu populer di Indonesia. (farid)
sumber: majalah-farmacia.com
F I L A R I A S I S
WHO sudah menetapkan Kesepakatan Global ( The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health problem by The Year 2020 (. Program eliminasi dilaksanakan melalui pengobatan missal dengan DEC dan Albendazol setahun sekali selama 5 tahun dilokasi yang endemis dan perawatan kasus klinis baik yang akut maupun kronis untuk mencegah kecacatan dan mengurangi penderitanya. Indonesia akan melaksanakan eliminasi penyakit kaki gajah secara bertahap dimulai pada tahun 2002 di 5 kabupaten percontohan. Perluasan wilayah akan dilaksanakan setiap tahun. Penyebab penyakit kaki gajah adalah tiga spesies cacing filarial yaitu; Wucheria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Vektor penular : Di Indonesia hingga saat ini telah diketahui ada 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes & Armigeres yang dapat berperan sebagai vector penular penyakit kaki gajah.
Cara Penularan :
Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang tersebut digigit nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung larva stadium III ( L3 ). Nyamuk tersebut mendapat cacing filarial kecil ( mikrofilaria ) sewaktu menghisap darah penderita mengandung microfilaria atau binatang reservoir yang mengandung microfilaria. Siklus Penularan penyakit kaiki gajah ini melalui dua tahap, yaitu perkembangan dalam tubuh nyamuk ( vector ) dan tahap kedua perkembangan dalam tubuh manusia (hospes) dan reservoair.
Gejala klinis Filariais Akut adalah berupa ; Demam berulang-ulang selama 3 ? 5 hari, Demam dapat hilang bila istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat ; pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan paha, ketiap (lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit ; radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis) ; filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah ; pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas (early lymphodema). Gejal klinis yang kronis ; berupa pembesaran yang menetap (elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar (elephantiasis skroti).
Diagnosis:
Filariasis dapat ditegakkan secara Klinis ; yaitu bila seseorang tersangka Filariasis ditemukan tanda-tanda dan gejala akut ataupun kronis ; dengan pemeriksaan darah jari yang dilakukan mulai pukul 20.00 malam waktu setempat, seseorang dinyatakan sebagai penderita Filariasis, apabila dalam sediaan darah tebal ditemukan mikrofilaria. Pencegahan ; adalah dengan berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk vector ( mengurangi kontak dengan vector) misalnya dengan menggunakan kelambu bula akan sewaktu tidur, menutup ventilasi rumah dengan kasa nyamuk, menggunakan obat nyamuk semprot atau obat nyamuk baker, mengoles kulit dengan obat anti nyamuk, atau dengan cara memberantas nyamuk ; dengan membersihkan tanaman air pada rawa-rawa yang merupakan tempat perindukan nyamuk, menimbun, mengeringkan atau mengalirkan genangan air sebagai tempat perindukan nyamuk ; membersihkan semak-semak disekitar rumah.
Pengobatan :
secara massal dilakukan didaeah endemis dengan menggunakan obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC) dikombinasikan dengan Albenzol sekali setahun selama 5 ? 10 tahun, untuk mencegah reaksi samping seperti demam, diberikan Parasetamol ; dosis obat untuk sekali minum adalah, DEC 6 mg/kg/berat badan, Albenzol 400 mg albenzol (1 tablet ) ; pengobatan missal dihentikan apabila Mf rate sudah mencapai <>
29 Oktober 2009
khasiat dari Habbatus Sauda'
Habbatus sauda' atau di Indonesia dikenal dengan sebutan jintan hitam adalah salah satu anugerah yang Allah berikan kepada manusia. Dia menganjurkannya untuk dikonsumsi oleh manusia, baik ketika mereka sedang sakit, maupun di kala sehat (untuk menjaga stamina).
Hal ini sebagaimana yang disampaikan melalui lisan rasul-Nya,
Sesungguhnya pada al-habbatus sauda' itu terdapat obat dari segala penyakit, kecuali maut. [1]
Dan sebagai salah satu keutamaan para sahabat adalah semangat mereka dalam melaksanakan segala perintah bahkan anjuran Rasulullah walaupun itu amalan sunnah, terlebih lagi yang wajib. Hal ini merupakan bentuk cinta mereka terhadap beliau.
Mungkin ada sebagian dari kaum muslimin ketika membaca hadits di atas terbesit dalam hati kita, "Apa iya, semua penyakit?" Sebagian yang lain (termasuk orang kafir pun) justru menambah semangat mereka untuk meneliti zat tersebut.
Nigella Sativa, nama latin dari habbatus sauda', sudah dikenal sejak zaman yunani kuno. Konon, raja-raja Yunani dikubur bersama dengan biji-biji Nigela Sativa yang berfungsi untuk mengawetkan mayat.
Ahli pengobatan Yunani kuno, Dioscoredes, pada abad pertama mencatat bahwa Nigella Sativa digunakan untuk mengobati sakit kepala, saluran pernafasan, sakit gigi, dan cacing usus. 2
Penelitian terbaru membuktikan, si biji hitam ini mempunyai kemampuan untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh, asma bronkial dan bronkitis, rematik dan meningkatkan produksi ASI.
Kandungan nigella:[3]
* Oleat (Omega 9), Linoleat (Omega 6), Linolenat (Omega 3)
* Minyak-minyak volatile atau minyak esensial
* Fitosterol
* Alkaloid (Nigelleine dan Nigellamine-n-oxide)
* Asam-asam Amino
Jika dicampur dengan ginseng berfungsi sebagai adaptagon untuk menormalkan fungsi organ tubuh dengan cara melancarkan peredaan darah. Ginseng juga berfungsi menguatkan vitalitas.
Khasiat Nigella Sativa[4]
Berdasarkan kandungan Nigella seperti tersebut di atas, maka dapat diperoleh berbagai macam manfaat seperti dibawah ini:
Menguatkan sistem kekebalan
Berdasarkan hasil penilitian, jintan hitam dapat meningkatkan jumlah cells T, yang baik untuk meningkatkan sel-sel pembunuh alami. Evektifitasnya hingga 72% jika dibandingkan dengan plasebo (hanya 7%). Dr. Basil Ali dan koleganya dari College of Medicine, di Universitas King Faisal, mempublikasikannya dalam jurnal Pharmasetik Saudi.
Keampuhan ekstrak Nigella diakui oleh Prof. G Reitmuller, Direktur Institut Immonologi dari Universitas Munich, dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan dapat digunakan sebagai bioregulator. Dengan demikian, Nigella dapat dijadikan obat untuk penyakit yang menyerang kekebalan tubuh seperti kanker dan AIDS.
Meningkatkan daya ingat, konsentrasi dan kewaspadaan
Dengan kandungan asam linoleat (Omega 6) dan asam linolenat (Omega 3), Nigella merupakan nutrisi bagi sel otak yang berguna untuk meningkatkan daya ingat dan kecerdasan. Nigella juga memperbaiki mikro (peredaran darah) ke otak dan sangat cocok diberikan pada anak usia pertumbuhan dan lansia.
Meningkatkan bioaktivitas hormon
Hormon adalah zat aktif yang dihasilkan oleh kelenjar endoktrin, yang masuk dalam peredaran darah. Dalam tubuh manusia terdapat berbagai jenis hormon, di antaranya hormon reproduksi yang berhubungan dengan gairah seksual. Salah satu kandungan Nigella adalah setrol yang berfungsi sintesa dan bioaktivitas hormon.
Menetralkan racun dalam tubuh
Racun dapat mengganggu metabolisme dan menurunkan fungsi organ penting seperti hati, paru-paru dan otak. Gejala ringan keracunan dapat berupa diare, muntah, pusing, gangguan pernapasan dan menurunkan daya konsentrasi. Nigella mengandung saponin yang dapat menetralkan dan membersihkan racun dalam tubuh.
Selain menjelaskan khasiat-khasiat dari Habbatus Sauda' lebih lanjut, pada bagian kedua ini juga terdapat penutup yang membahas Habbatus Sauda' dari sisi lain yang patut untuk dijadikan bahan renungan karena ia merupakan salah satu contoh dari untaian hikmah terhadap apa-apa yang datang dari Allah dan Rasul-Nya.
Mengatasi gangguan tidur dan stress
Sapion terdapat pada Nigella mempunyai fungsi seperti kortikosteroid yang dapat mempengaruhi karbohidrat, protein dan lemak serta mempengaruhi fungsi jantung, ginjal, otot tubuh, dan syaraf. Sapion berfungsi untuk mempertahankan diri dari perubahan lingkungan, gangguan tidur dan dapat menghilangkan stress.
Anti histamin
Histamin adalah sebuah zat yang dilepaskan oleh jaringan tubuh yang memberikan reaksi alergi seperti pada asma bronchial.
Minyak yang dibuat dari Nigella dapat mengisolasi dithymoquinone, minyak ini sering disebut nigellone yang berasal dari Volatile Nigella. Pemberian minyak ini berdampak positif terhadap penderita asma bronchial.
Penelitian yang dilakukan oleh Nirmal Chakravaty MD pada tahun 1993, membuktikan kristal dari negellone memberi efek suppressive. Kristal-kristal ini dapat menghambat protemkinase C, sebuah zat yang memicu pelepasan histamin.
Penelitian lain juga membuktikan hal serupa. Kali ini dilakukan oleh Dr. Med. Peter Schleincher, ahli immonologi dari Universitas Munich ia melakukan pengujian terhadap 600 orang yang menderita alergi. Hasilnya cukup meyakinkan, 70% yang menderita alergi terhadap debu, serbuk, jerawat, dan asma sembuh setelah diberi minyak Nigella. Dalam praktiknya, DR. Schleincher memberi resep Nigella ke pasiennya yang menderita influenza.
Memperbaiki saluran pencernaan dan anti bakteri
Nigella mengandung minyak atsii dan minyak volatil yang telah diketahui manfaatnya untuk memperbaiki pencernaan. Secara tradisional mminyak atsiri digunakan untuk obat diare.
Pada tahun 1992, Jurnal Farmasi Pakistan memuat hasil penelitian yang membuktikan volatile lebih ampuh untuk membunuh strain bakteri V Cholera dan E Coli dibandingkan dengan anti biotik seperti ampicillin dan tetrasiklin.
Melancarkan air susu ibu
Koordinasi bagian lemak tidak jenuh dan struktur hormonal yang terdapat pada Nigella dapat melancarkan air susu ibu. Penelitian ini kemudian dimuat dalam literatur penelitian Potchestroom, tahun 1989.
Tambahan nutrisi pada ibu hamil dan balita
Pada masa pertumbuhan, anak membutuhkan nutrisi untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh secara alami, terutama pada musim hujan, anak-anak akan mudah terkena flu dan pilek. Kandungan Omega 3, Omega 6 dan Omega 9 yang terdapat pada Nigella merupakan nutrisi yang membantu perkembangan jaringan otak balita dan janin.
Meremajakan sel-sel kulit dan menunda proses penuaan
Kulit merupakan salah satu organ tubuh terluar yang penting. Fungsinya melindungan tubuh dari benturan fisik, kuman, dan jamur. Nigella sangat baik untuk menjaga kelembaban, kehalusan, dan keremajaan kulit.
Nutrisi bagi lansia dan food suplement
Kaya akan kandungan nutrisi sebagai tambahan energi sangat deal untuk orang yang berusia lanjut, terutama untuk menjaga daya tahan tubuh dan relativitas sel otak agar tidak cepat pikun.
Nigella juga mengandung 15 macam asam amino penyusun isi protein termasuk di dalamnya 9 asam amino esensial. Asam amino tidak dapat di produksi oleh tubuh dalam jumlah yang cukup, oleh karena itu harus diperoleh dari makanan.
Pada kongres kanker internasional di New Delhi pada musim gugur yang lalu, minyak Nigella diperkenalkan ilmuan kanker Immono Biology Laboratory, dari California Selatan.
"Nigella sativa dapat merangsang sumsum tulang dan sel-sel kekebalan. Interferon-nya menghasilkan sel-sel normal terhadap virus yang merusak sekaligus menghancurkan sel-sel tumor dan meningkatkan antibodi.
sumber : KiosHerbal.Com
27 Juli 2009
TANAMAN OBAT PENANGKAL FLU BABI
Pegagan (Centella asiaticaI [L] Urb.) telah lama dimanfaatkan
sebagai obat tradisional baik dalam bentuk bahan segar, kering
maupun yang sudah dalam bentuk ramuan (jamu). Di Australia telah
dibuat obat dengan nama “Gotu Kola” yang bermanfaat sebagai anti
pikun dan juga sebagai anti stress. Di Indonesia pegagan telah banyak
dimanfaatkan sebagai obat untuk penyembuhan penyakit HIV melalui
peningkatan ketahanan tubuh pasien. Secara empirik, pegagan
bermanfaat sebagai penyembuh luka, radang, reumatik, asma, wasir,
tuberkulosis, lepra, disentri, demam dan penambah selera makan. Di
Cina, pegagan bermanfaat untuk memperlancar sirkulasi darah, bahkan
dianggap lebih bermanfaat dibandingkan dengan ginko biloba atau
ginseng yang berasal dari Korea.
Salah satu pabrik jamu memerlukan lebih kurang 100 ton
pegagan setiap tahunnya. Dari sepuluh jenis jamu yang beredar di
pasaran, pegagan merupakan bahan baku yang dipergunakan, dengan
kadar simplisia yang dicantumkan dalam kemasannya antara 15-25 %.
Banyaknya manfaat tanaman ini nampaknya berkaitan dengan
banyaknya komponen minyak atsiri seperti sitronelal, linalool, neral,
menthol, dan linalil asetat. Dengan adanya komponen tersebut dalam
minyak atsiri pegagan, tanaman ini memiliki potensi sebagai sumber
bahan pengobatan terhadap anti penyakit yang disebabkan tujuh jenis
bakteri Rhizobacter spharoides, Escherichia coli, Plasmodium
vulgaris, Micrococcus luteus, Baccillus subtilis, Entero aerogenes dan
Staphyllococcus aureus.
Tetapi karena pegagan juga memiliki sifat narkotis sehingga
dalam pemakaiannya harus sangat hati-hati. Dosis yang tinggi menyebabkan
pasien menjadi pening.
Kandungan
Pegagan yang simplisianya dikenal dengan sebutan Centella Herba memiliki kandungan asiaticoside, thankuniside, isothankuniside, madecassoside, brahmoside, brahmic acid, brahminoside, madasiatic acid, meso-inositol, centelloside, carotenoids, hydrocotylin, vellarine, tanin serta garam mineral seperti kalium, natrium, magnesium, kalsium dan besi. Diduga glikosida triterpenoida yang disebut asiaticoside merupakan antilepra dan penyembuh luka yang sangat luar biasa. Zat vellarine yang ada memberikan rasa pahit.
Banyak manfaat dari pegagan/antanan.
bisa dikonsumsi berupa herbal atau mentah ( orang sunda biasa di makan pakai sambal terasi atau sambal oncom).
Saya punya pengalaman empiris akan pegagan ini, berhubungan dengan penyakit asma yg saya derita.
Kalau untuk herbal biasa dicampur dengan madu dan sambiloto.
Secara garis besar pegagan berfungsi utama sebagai penjaga stamina dan nutrisi otak!
2. SAMBILOTO (Andrographis paniculata)
Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) ex Nees banyak
dijumpai hampir di seluruh kepulauan nusantara. Secara taksonomi
sambiloto diklasifikasikan kedalam divisi Spermathophyta, subdivisi
Angiospermae, kelas Dycotyledonae, subkelas Gamopetalae, Ordo
Personales, famili Acanthaceae, subfamili Acanthoidae dan genus
Andrographis. Sambiloto dikenal dengan beberapa nama daerah,
seperti ki oray atau ki peurat (Jawa Barat), bidara, takilo, sambiloto
(Jawa Tengah dan Jawa Timur), atau pepaitan atau ampadu
(Sumatera).
Sambiloto tergolong tanaman terna (perdu) yang tumbuh di
berbagai habitat, seperti pinggiran sawah, kebun, atau hutan.
Sambiloto memiliki batang berkayu berbentuk bulat dan segi empat
serta memiliki banyak cabang (monopodial). Daun tunggal saling
berhadapan, berbentuk pedang (lanset) dengan tepi rata (integer) dan
permukaannya halus, berwarna hijau. Bunganya berwarna putih
keunguan, bunga berbentuk jorong (bulan panjang) dengan pangkal
dan ujung lancip. Di India bunga dan buah bisa dijumpai pada bulan
Oktober atau antara Maret sampai Juli. Di Australia bunga dan buah
antara bulan Nopember sampai Juni, sedang di Indonesia bunga dan
buah dan ditemukan sepanjang tahun.
Komponen utama sambiloto adalah andrographolide yang
berguna sebagai bahan obat. Disamping itu, daun sambiloto
mengandung saponin, falvonoid, alkaloid dan tanin. Kandungan kimia
lain yang terdapat pada daun dan batang adalah laktone, panikulin,
kalmegin dan hablur kuning yang memiliki rasa pahit. Secara
tradisional sambiloto telah dipergunakan untuk pengobatan akibat
gigitan ular atau serangga, demam, dan disentri, rematik, tuberculosis,
infeksi pencernaan, dan lain-lain. Sambiloto juga dimanfaatkan untuk
antimikroba/antibakteri, antihyper-glikemik, anti sesak napas dan
untuk memperbaiki fungsi hati.
Mengingat kandungan dan fungsi tanaman tersebut, saat ini
sambiloto banyak diteliti untuk dikembangkan sebagai bahan baku
obat modern, diantaranya pemanfaatan sambiloto sebagai obat HIV
dan kanker.
3. MENIRAN (Phylanthus urinaria, Linn.
Berbentuk bulat berbatang basah dengan tinggi kurang dari 50 cm. Daun : Mempunyai daun yang bersirip genap setiap satu tangkai daun terdiri dari daun majemuk yang mempunyai ukuran kecil dan berbentuk lonjong. Bunga : Terdapat pada ketiak daun menghadap kearah bawah. Syarat Tumbuh : Meniran tumbuhan berasal dari daerah tropis yang tumbuh liar di Hutan-hutan, ladang-ladang, Kebun-kebun maupun pekarangan halaman rumah, pada umumnya tidak dipelihara, karena dianggap tumbuhan rumput biasa. Meniran tumbuh subur ditempat yang lembab pada dataran rendah sampai ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut.
Nama Lokal :
Child pick a back (Inggris), Kilanelli (India), Meniran (Jawa); Zhen chu cao, Ye xia zhu (Cina), Gasau madungi (Ternate);
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Sakit kuning (lever), Malaria, Demam, Ayan, Batuk, Haid lebih; Disentri, Luka bakar, Luka koreng, Jerawat;
1. Sakit Kuning
a. Bahan Utama: 16 Tanaman Meniran (akar, Batang, daun)
Bahan Tambahan: 2 gelas Air Susu
Cara membuat: Tanaman meniran dicuci lalu ditumbuk halus dan
direbus dengan 2 gelas air susu sampai mendidih hingga tinggal
1 gelas.
Cara menggunakan: disaring dan diminum sekaligus; dilakukan
setiap hari.
b. Bahan Utama: 7 batang tanaman meniran (akar, Batang dan
bunga)
Bahan Tambahan: 7 buah Bunga cengkeh kering, 5 cm rimpang
umbi temulawak, 1 potong kayu manis
Cara Membuat: Seluruh bahan direbus dengan 2 gelas air sampai
mendidih hingga tinggal 1 gelas
Cara menggunakan: disaring dan diminum 2 kali sehari.
2. Malaria
Bahan utama: 7 Batang tanaman Meniran lengkap
Bahan tambahan: 5 Biji bunga cengkeh kering, 1 potong kayu manis
Cara membuat: Seluruh bahan dicuci bersih, kemudian ditumbuk
halus dan direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih.
Cara menggunakan: disaring dan diminum 2 kali sehari.
3. Ayan
Bahan Utama: 17 - 21 batang tanaman meniran (akar, batang, daun
dan Bunga)
Cara membuat: bahan dicuci bersih, kemudian direbus dengan 5
gelas air sampai mendidih hingga tinggal ± 2,5 gelas.
Cara menggunakan: disaring dan diminum 1 kali sehari sehari 3/4
gelas selama 3 hari berturut-turut
4. Demam
Bahan utama: 3-7 batang Tanaman meniran lengkap (akar, batang,
daun dan bunga)
Cara membuat: bahan dicuci bersih, kemudian diseduh dengan 1
gelas air panas .
Cara menggunakan: disaring, kemudian diminum sekaligus.
5. Batuk
Bahan Utama: 3 - 7 batang tanaman meniran lengkap (akar, batang,
daun, bunga)
Bahan tambahan: Madu secukupnya.
Cara membuat: Bahan dicuci bersih, kemudian ditumbuk halus dan
direbus dengan 3 sendok makan air masak, hasilnya dicampur
dengan 1 sendok makan madu sampai merata.
Cara menggunakan: diminum sekaligus dan dilakukan 2 kali sehari
6. Haid berlebihan
Bahan Utama: 3 - 7 potong akar Meniran kering
Bahan tambahan : 1 gelas air tajan
Cara membuat: bahan ditumbuk halus dan direbus dengan 2 gelas air
sampai mendidih, Kemudian ditambah dengan 1 gelas air tajin dan
diaduk sampai rata.
Cara menggunakan: disaring dan diminum 2 kali sehari, pagi dan
sore.
7. Disentri
Bahan Utama: 17 batang tanaman meniran lengkap (akar, batang,
daun dan bunga )
Cara membuat: direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih
Cara menggunakan: disaring dan diminum 2 kali sehari, pagi dan
sore.
8. Luka Bakar Kena Api atau Air Panas
Bahan Utama: 3 - 7 batang tanaman meniran lengkap (akar, batang,
daun dan bunga)
Bahan Tambahan: 1 Rimpang umbi temulawak (4 cm), 3 buah bunga
cengkeh kering, 1 potong kayu Manis.
Cara membuat: Bahan utama ditumbuk halus, dan temulawak
diiris-iris . Kemudian dicampur dengan bahan -bahan yang lain dan
direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih.
9. Luka koreng
Bahan Utama: 9 - 15 batang meniran lengkap (akar, batang, daun
dan bunga)
Cara membuat: Bahan Utama dicuci Bersih dan ditumbuk halus.
Kemudian direbus dengan 1 cerek air.
Cara menggunakan: dalam keadaan hangat-hangat dipakai untuk
mandi.
10. Jerawat
Bahan Utama: 7 Batang tanaman meniran
Bahan Tambahan: 1 Rimpang umbi kunyit (4 cm)
Cara membuat: Seluruh bahan dicuci sampai bersih dan ditumbuk
sampai halus, Kemudian direbus dengan 2 gelas air sampai mendidih
hingga tinggal 1 gelas.
Cara menggunakan: disaring dan diminum sekaligus, ulangi secara
teratur setiap hari.
Komposisi :
Senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan Meniran : - Zat Filantin - Kalium - Mineral - Damar - Zat Penyamak
Kasus Positif Flu Babi di Indonesia Jadi 362 Orang
MUNGKINKAH PENYAKIT INI DAPAT DICEGAH DENGAN TANAMAN OBAT ?
JAKARTA (LampostOnline): Jumlah warga yang positif terinfeksi flu babi atau influenza A H1N1 di Indonesia bertambah 19 kasus (11 laki-laki dan 8 perempuan) per Minggu (26-7). Dengan demikian tercatat ada 362 orang terinfeksi H1N1.
Tambahan kasus flu babi itu berasal dari
6 provinsi yaitu DKI Jakarta (3 kasus), Jabar (6 kasus), Jateng (3 kasus) Jatim (3 kasus), Sulawesi Selatan (2 kasus) dan 2 kasus WNA dilaporkan dari Bali.
Dari total kasus tersebut terdiri dari 17 WNI dan 2 WNA. Yang memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri sebanyak 6 orang yaitu ke Arab Saudi, Australia, Belanda, Jepang, Maroko dan Singapura.
Dengan demikian, sampai tanggal 25 Juli 2009, secara kumulatif kasus positif influenza A H1N1 di Indonesia berjumlah 362 orang terdiri dari 204 laki-laki dan 158 perempuan. Data kasus berdasarkan tanggal pengumuman yaitu 24 Juni (2 kasus), 29 Juni (6 kasus), 4 Juli (12 kasus), 7 Juli (8 kasus), 9 Juli (24 kasus), 12 Juli (12 kasus), 13 Juli (22 kasus), 14 Juli (26 kasus), 15 Juli (30 orang), tanggal 16 Juli (15 kasus), 20 Juli (15 kasus), tanggal 22 Juli (67 kasus), 23 Juli 2009 (83 Kasus) dan 24 Juli 2009 (21 Kasus).
Adapun jumlah provinsi yang sudah ditemukan kasus positif sampai hari ini ada 14 provinsi yaitu di Bali, Banten, Yogyakarta, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kepri, Sulawesai Utara, Sumatera selatan, Sumatera Utara, Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan.
Hal itu disampaikan Prof Tjandra Yoga Aditama, Sp. P (K), MARS, Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes tentang perkembangan kasus di Indonesia sampai tanggal 25 Juli 2009 dalam rilis Depkes yang diterima detikcom.
Influenza A H1N1 ditularkan melalui kontak langsung dari manusia ke manusia lewat batuk, bersin atau benda-benda yang pernah bersentuhan dengan penderita, karena itu penyebarannya sangat cepat. Namun angka kematiannya di seluruh dunia rendah yakni 0,4%. Namun demikian masyarakat diminta tetap waspada hadapi pandemi influenza A H1N1.
Berperilaku hidup bersih dan sehat (PBHS) mempunyai andil besar untuk ikut mencegah penularan influenza A H1N1. Perilaku tersebut di antaranya mencuci tangan dengan sabun atau antiseptik, dan melaksanakan etika batuk dan bersin yang benar. Apabila ada gejala influenza minum obat penurun panas, gunakan masker dan tidak ke kantor, ke sekolah atau ke tempat-tempat keramaian serta beristirahat di rumah selama 5 hari. "Apabila dalam 2 hari flu tidak juga membaik segera ke dokter," ujar Prof Tjandra.
Upaya kesiapsiagaan tetap dijalankan yaitu: penguatan Kantor Kesehatan Pelabuhan (thermal scanner dan Health Alert Card wajib diisi); penyiapan RS rujukan; penyiapan logistik; penguatan pelacakan kontak; penguatan surveilans ILI; penguatan laboratorium, komunikasi, edukasi dan informasi dan mengikuti International Health Regulations (IHR).
Upaya lainnya berupa community surveilans yaitu masyarakat yang merasa sakit flu agak berat segera melapor ke Puskesmas, sedangkan yang berat segera ke rumah sakit. Selain itu, clinical surveilans yaitu surveilans severe acute respiratory infection (SARI) ditingkatkan di Puskesmas dan rumah sakit untuk mencari kasus-kasus yang berat.
"Sedangkan kasus-kasus yang ringan tidak perlu perawatan di rumah sakit," tambah Prof Tjandra.DTC/L-1
11 Juli 2009
Cabe Jawa
CABE JAWA
Piper retrofractum Vahl.
KLASIFIKASI :
Cabe jawa disebut Piper retrofractum atauPiper longum L atau Piper sarmentosum atau Chavia officinarum Miq, atau Chavia retrofracta Miq. termasuk dalam famili tumbuhan Piperaceae. Tanaman ini dikenal dengan nama daerah lada panjang, cabean, cabe areuy, cabe sula, cabi jamo, cabe onggu, cabe solah dan cabai.
SIFAT KIMIAWI :
Tumbuhan ini kaya dengan berbagai kandungan kimia yang sudah diketahui, a. l: Buah : Zat pedas piperine, Minyak menguap, alpha amirin, fenenol, dehydromatricaria ester, cineole, terpinen-4, 1-beta caryophylene,1-quebrachitol. Akar dan batang mengandung mengandung inulin yang terdiri dari artemose, cabang kecil mengandung oxytocin, yomogi alkohol, ridentin.
EFEK FARMAKOLOGIS :
Tumbuhan ini bersifat: rasadingin, menghilangkan sakit, menghentikan pendarahan (hemostatik), melancarkan peredaran darah, mencegah keguguran, mengatur menstruasi. Dalam farmakologi Cina disebut tumbuhan ini memiliki rasa pahit, pedas dan hangat. Herba ini masuk meridian ginjal, paru dan limpa.
BAGIAN TANAMAN YANG DIGUNAKAN :
Efek farmakologi ini diperoleh dari penggunaan seluruh tanaman yang dikeringkan dengan jalan diangin-anginkan. Segar : daun dan biji.
PENYAKIT YANG DAPAT DISEMBUHKAN DAN CARA PENGGUNAANYA:
Berdasarkan berbagai literatur yang mencatat pengalaman secara turun-temurun dari berbagai negara dan daerah, tanaman ini dapat menyembuhkan penyakit-penyakit sebagai berikut :
1. Rasalemah (neurashenia) Cabe jawa 6 butir, rimpang alang-alang 3 batang, rimpang lempuyang ¾ jari, daun ambiloto ¾ genggam, gula enau 3 jari. Dicuci dan dipotong-potong seperlunya, di rebus dengan 4 gelas air sampai tersisa 2 ¼gelas. Setelah dingin disaring lalu diminum. Sehari 3x ¾ gelas.
2. Masuk angin. Cabe jawa 3 btir, daunpoko (Mentha arvensis javanica Bl) ¼ genggam, adun kesumba keling (Bixaorellana L) ¼genggam, gulaenau 3 jari, dicuci bersih lalu direbus dengan 3 gelas air sampai tersisa 2 ¼ gelas. Sehari 3 x ¾ gelas.
3. Obatkuat. Membersihkan rahim sehabis melahirkan. Akar kering 3 gr ditumbuk halus, seduh dengan air panas, minum. Sehari sekali.
4. Pencernaan terganggu, batuk, bronchitis, ayan, demam sehabis melahirkan, penguat lambung, paru dan jantung, tekanan darah rendah, hidung berlendir. Buah mentah 6 gr yang kering ditumbuk halus, ditambah madu secukupnya.
5. Obat kumur. Daun 3 lembar ditumbuk, diseduh dengan 1 gelas air panas, untuk kumur-kumur.
6. Pereda kejang perut. Daun3 lembar ditumpuk, diseduh dengan 1 gelas air, minum.
7. Obat urus-urus untuk penderita penyakit hati. Lempuyang ditumbuk, lalu diperas dan di minum dengan paling banyak3 buah cabe jawa.
Poto koleksi kebun dan terapi herbal CAMPAKA
Pacing
PACING