Tua Muda Sama SajaLantas,
bagaimana kiat agar tetap bisa menikmati jengkol tanpa embel-embel
jengkolan? Jangan terpengaruh pada mitos, buah jengkol muda lebih
beracun ketimbang jengkol tua. Pada dasarnya, mengkonsumsi jengkol muda
atau tua sama tingkat bahayanya. Hasil penelitian Oen dan kawan-kawan
dari bagian Biokimia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, menunjukkan, buah yang masih muda maupun tua sama-sama mengandung asam jengkol.
Banyaknya
asam jengkol di dalam biji jengkol memang berbeda-beda, tergantung pada
varietas dan umur bijinya. Kandungan asam jengkol pada buah yang
berumur satu bulan sekitar 1.1%. Jumlah ini bisa meningkat menjadi
sekitar 1.6% ketika buah itu berumur lima bulan.
Ada
beberapa cara untuk mengolah keping jengkol, agar bisa dimakan dengan
aman. Pertama, biji jengkol mentah dibuang bagian benihnya (bagian yang
akan tumbuh menjadi bakal tunas baru), lalu belah menjadi dua bagian.
Kepingan itu ditanam di dalam tanah (jangan terlalu dalam) sekitar tiga
sampai empat hari. Setelah itu, kepingan-kepingan jengkol bisa diambil
atau diolah menurut kesukaan masing-masing. Alhasil, ketika dikonsumsi,
kadar asam jengkol diharapkan sudah turun.
Namun,
cara di atas belum menjamin para pemakan “kancing levi’s” (nama samaran
untuk jengkol di kalangan para jengkolmania tertentu) tidak terserang
jengkolan seratus persen. Jaminan bebas racun jengkol baru akan
terpenuhi ketika asam jengkol terbukti secara alamiah sudah hilang sama
sekali. Kiat tadi lebih bersifat mengurangi resiko terserang penyakit
jengkolan.
Cara
kedua, mengolah jengkol menjadi rendang. Setelah bakal benihnya
dibuang, biji jengkol dibelah menjadi dua bagian. Kemudian, kepingan
jengkol direbus selama 6 – 7 jam sambil setiap kali dibuang
buih-buihnya. Setelah direbus cukup lama dan buihnya tidak tampak lagi,
biji jengkol bisa diolah menjadi rendang. Dalam sebuah penelitian
ditemukan, dengan menggodok biji jengkol cukup lama, asam jengkol ikut
terbawa air rebusan dan terbuang bersama buih rebusannya.
Cara
ketiga, kalau ingin lebih aman lagi, pada waktu memasak atau merebus
biji jengkol, bubuhkan daun melinjo. Konon, menurut resep pengobatan
tradisional di beberapa daerah, daun melinjo sangat ampuh untuk
menetralkan racun asam jengkol yang bersarang di tubuh. Apabila tiga
upaya pencegahan itu masih juga tak mempan menahan gempuran jengkolan,
lakukan pengobatan.
Pengobatan
tradisional yang lazim dilakukan untuk pasien jengkolan adalah minum
air gula merah (gula jawa) yang pekat dalam jumlah banyak. Atau memberi
penderita minuman yang mengandung gas (soda), sehingga air seni menjadi
alkalis (basa). Namun, jika semua upaya itu masih juga mentok, segera
ke dokter. Siapa tahu, ada penyakit lain yang “membonceng” gejala
akibat ulah si asam jengkol.
Oleh Masitoh DB, di Serang
Intisari edisi Mei 2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
thank you to share and critique my blog